Keyakinan akan masih hidupnya presiden republik indonesia yang pertama , yakni bung karno sudah sejak lama beredar di masyarakat indonesia. Informasi ini dapat di cari di jagad maya dengan berbagai kesaksian serta dinamika di dalammya.
Salah satu yang fenomenal adalah kesaksian dari Mbah turkani serta muallif yang sempat viral di media sosial dan juga mendapat tanggapan dari mbah mizan serta kembali di blow up di beberapa media nasional, pertanyaanya fenomena apakah ini?. dan apakah benar presiden sukarno masih hidup ?. untuk mengetahui jawabannya mari kita ikuti ulasan berikut ini selamat menyaksikan.
Di saat ini kita banyak menyaksikan bahwa betapa rakyat merindukan pemimpin yang bersih, jujur adil dan melindungi , dengan kata lain Pemimpin yang benar-benar memperhatikan nasib rakyatnya.
Wajar jika sampai kini masih banyak rakyat yang meyakini jika Bung Karno masih hidup. Mereka tak dapat disalahkan. Sebab, mereka mendengar cerita pada mas aitu bahwa betapa Bung Karno bisa menjadi panutan rakyat bahkan di anggap sebagai satrio piningit atau ratu adil. Perhatian Bung karno kepada rakyatnya terwujud dalam bentuk Marhaenisme yang saat ini masih tetap melekat di benak sebagian besar rakyat Indonesia.
Lantas, tahukah para pemimpin kita saat ini bagaimana rakyat sangat memimpikan pemimpin seperti sosok Bung Karno? . ah entahlah . namun kita sampai saat ini juga masih optimis bahwa sebetulnya juga masih banyak orang orang baik yang menjadi pemimpin.
Namun sekali lagi benarkah Presiden Sukarno masih hidup.
Jawabnya, adalah BENAR! bahwa Bung Karno masih hidup, yakni selalu hidup , dalam ide-ide dan semangatnya di benak seluruh rakyat indonesia.
Ide-idenya tentang kedaulatan dan kehormatan suatu bangsa, ide-idenya tentang harga diri dan anti terhadap asing, mmeiliki jiwa nasionalisme dan kepedulian pada sesama, mengibarkan panji-panji merah putih setinggi-tingginya, masih hidup, diam, dan mengakar pada hati dan pikiran kita-kita yang melahap ide-idenya.
Di tengah situasi negara saat ini, kita semua mungkin merindukan kehadiran beliau. Kita akan ingat bagaimana beliau menolak campur tangan asing dalam perekonomian negeri ini.
***
Pada tahun 1961 Soekarno dan angkatan perang Republik Indonesia mati-matian memperjuangkan sumber daya alam di Papua dalam perjuangan merebut Irian Barat. Sekadar diketahui, ketika perang itu berlangsung, Freeport Sulphur bekerja sama dengan East Borneo Company sudah berancang-ancang untuk mengeksploitasi gunung emas dan tembaga di Papua.
Waktu itu Papua masih area bebas karena Belanda yang menguasainya belum memiliki kedaulatan penuh. Dengan adanya upaya Soekarno merebut Irian Barat ini, kapitalis-kapitalis itu terpaksa mengurungkan niat mengeksploitasi. Ketika Papua telah jatuh ke pangkuan Nusantara, Soekarno tak pernah memberikan restu untuk eksploitasi wilayah itu. Soekarno telah mengambil keputusan; kekayaan alam Papua digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia pada umumnya, dan rakyat Papua sendiri khususnya.
Tapi kini? Gunung emas Papua mutlak milik kapitalis Amerika! Kita hanya kebagian sekian persen dari total produksi emas yang luar biasa itu.
Sebelum tahun 1965, seorang taipan dari Amerika Serikat pernah menemui Sukarno. Pengusaha itu menyatakan keinginannya berinvestasi di Papua. Namun, Sukarno menolak secara halus. “Saya sepakat dan itu tawaran menarik. Tapi tidak untuk saat ini. Coba tawarkan kepada generasi setelah saya,” ujar Soekarno –lagi-lagi kisah ini hanya dipaparkan dalam sejarah yang tersembunyi.
Soekarno juga mempertahankan pabrik sandal dan sepatu Bata agar bisa memproduksi alas kaki sesuai daya beli masyarakat Indonesia yang waktu itu masih lemah. Ketika Soekarno membangun monas dengan emas murni itu, ia mendapat kritik dari Amerika. Kata kapitalis itu, Indonesia masih miskin, kenapa membangun lambang kesejahteraan? Menjawab itu, lugas Soekarno;”Rakyatku urusanku, bukan urusanmu!” Lihatlah, betapa berwibawanya Bapak kita dalam mempertahankan kehormatan bangsa ini.
DI TENGAH situasi yang serba sulit, dengan adanya kenyataan campur tangan –bahkan kendali dari—kapitalis asing yang membikin ekonomi negeri ini kian sembelit, kita yang memiliki cinta pada Nusantara ini tentunya sadar bahwa ada yang sangat tidak beres di sini. Kita akan bertanya; kenapa negeriku seperti ini?
Dari pertanyaan itu muncullah upaya untuk mencari tahu. Jika kita serius mencari tahu, kita akan mendapat jawaban bahwa banyak sekali cita-cita negeri ini, cita-cita yang telah dirumuskan oleh Soekarno, telah kita tinggalkan.
Cita-cita itu tertuang dalam ide-ide besarnya, terutama dalam 12 seri Di Bawah Bendera Revolusi. Ya, ide Soekarno menuliskan idenya, karena itu dia selalu hidup. Menyitir sastrawan besar kita, Pramoedya Ananta Toer, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Soekarno menulis, dan dia hidup abadi. Dia hidup. Dia tak pernah mati.
Tak hanya tulisan. Rekaman-rekaman pidatonya, yang sebagian besar malah disembunyikan oleh sejarah, tapi tetap saja tak bisa memusnahkannya, dan kini bisa didapatkan dengan mudah, juga telah meniupkan semangat pada kita. Ide-idenya senantiasa menggelora laksana samudera ciptaan Tuhan Yang Maha Ada.
Jika kita cinta negeri ini, jika kita sadar ada kehormatan yang harus diperjuangkan, maka saat itulah Soekarno hidup.
Dalam hati kita.
Dalam pikiran kita.
Dalam ide-ide kita.
Dalam cita-cita kita untuk memulangkan kembali kewibawaan dan kemegahan Nusantara yang selama hampir setengah abad diludahi dan diinjak-injak oleh serakahnya kapitalisme yang mengaku mengibarkan panji-panji demokrasi di seluruh muka Bumi.
Tapi, untuk mewujudkan itu semua, memang tidak mudah. Sebab, seperti yang pernah diperingatkan Bung Karno sendiri; “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuangan kalian lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Untuk menegakkan kembali cita-cita sebuah bangsa yang besar, tak bisa kita nafikan, kita harus berhadapan dengan saudara kita sendiri. Kita berhadapan dengan mereka-mereka yang ingin agar bangsa kita selalu kerdil. Mereka, antek-antek kapitalis yang sekarang sedang berlomba-lomba untuk menduduki deretan kursi di senayan dan pemerintahan.
Tapi tak perlu risau. Selama kita yakin, percaya, dan berusaha, kita bisa. Berbuat untuk mencapai cita-cita tak harus dilakoni dengan perlawanan terbuka. Kita bisa memulainya dari hal kecil dan diri kita sendiri. Misalnya dengan menghargai hasil karya anak negeri. Atau dengan menyedekahkan waktu dan mengeluarkan keringat untuk kembali menelusuri dan mempelajari sejarah kebesaran negeri ini. Berangkat dari sejarah itulah kita akan tahu ke mana kita akan melangkah. Sebab bangsa yang lupa pada sejarah sendiri adalah bangsa yang salah arah.
“Jas Merah,
Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!”
Soekarno masih hidup. Beliau selalu bersama kita, melalui ide-ide dan semangatnya yang tak pernah padam.
Demikianlah ulasan mengenai romor presiden sukarno yang masih hidup, ulasan ini berasal dari berbagai sumner dan literatur di jagad maya, terima kasih sampai jumpa dan salam budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar