“PERANG BELANGKAET” Film Sejarah Semi Kolosal Pertama Dari Kalimantan Barat - Warta Kayong

Breaking

Minggu, 08 November 2020

“PERANG BELANGKAET” Film Sejarah Semi Kolosal Pertama Dari Kalimantan Barat

Jika Jogyakarta pada tahun 2018 memproduksi film drama kolosal berjudul Sultan Agung, dan sebelumnya  Kalimantan Selatan pada tahun 2017 juga memproduksi Film kolosal berjudul Pangeran Antasari, maka kali ini Kalimantan Barat pada tahun 2020 juga akan memiliki film dengan genre semi kolosal pertama kali yang berjudul “ Perang Belangkaet”.

Perang Belangkaet akan menjadi film pertama di Kalimantan Barat khususnya Tanah kayong, dengan kisah sejarah yang pernah terjadi di  Kerajaan Simpang pada tahun 1912 – 1915. Puncak meletusnya perang ini tepatnya pada tanggal 27 – 28 Februari 1915 di sebuah kampung yang bernama Belangkaet.

Film heroik ini menceritakan perjuangan Raja Gusti Panji bersama Panglima Ki Anjang Samad bersama rakyat untuk melawan penjajah Belanda di kawasan Kerajaan simpang pada masa itu,saat ini wilayah Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara Kalbar. Tujuan dari Perang itu adalah melawan kebijakan penjajah Belanda yang menerapkan Korte Veklaring (Kontrak pajak) atau masyarakat Simpang di masa itu menyebutnya dengan nama “pungkar”.

Tercatat dalam sejarah yang berasal dari berbagai sumber di antaranya catatan dan manuskrip yang masih tersimpan di museum leiden belanda  berupa koran tentang kejadian Pemberontakan rakyat simpang di masa itu. di gambarkan saking sengit dan gerahnya pemerintah Hindia belanda di masa itu mengerahkan dua brigade untuk mengepung beberapa kampung di perhuluan negeri simpang pada bulan februari tahun 1915.

Dijelaskan oleh Isya Fahruzi yakni salah seorang pemerhati Sejarah Tanah Kayong bahwa Jumlah dau brigade pada masa itu hampir sama dengan satuan pada masa ini yang berjumlah ribuan pasukan. “ antara 1500 hingga 3000 pasukan “. Terang Isya.

Beberapa nama kampung yang di sebut dalam koran Belanda tahun 1915 itu adalah Kampung Sebango, Mendarau Guntung, Mungguk Jering, Sungai Putih, Semandang Kiri, dan kampung Belangkaet sebagai pusat dari berkecamuknya perang di masa itu.

Dalam Buku Menapak Tilas Kerajaan Tanjung Pura Yang di tulis oleh Alm Gusti Muhammad Mulia, yakni raja simpang ke 7 juga mengisahkan betapa heroiknya perlawanan yang di pimpin oleh Raja Gusti Panji bersama Ki Anjang Samad.

Lebih Baik Mati Dari Pada Harus Membayar Belasting Dengan Belanda”, itu adalah salah satu  semboyan Ki anjang samad yang hingga kini masih terngiang ngiang dalam ingatan masyarakat negeri Simpang.

Bahkan ada satu kalimat yang biasa di jadikan patokan untuk melangkah ( bepergian ) bagi masyarakat simpang  yakni “ Melangkah Mati tidak melangkah pun juga mati “. Hanya dengan kalimat itu banyak masyarakat di negeri simpang yang masih yakin apabila dengan kata kata itu mampu mensugesti atau memberikan semangat supaya lebih mantap dan yakin dalam segala urusan.

Gusti Muahammad Hukma  sebagai Raja Simpang saat ini menyatakan film yang satu ini memang sudah lama di nanti oleh masyarakat simpang dan Kalimantan Barat pada umumnya.

“Kita sudah menunggu lama film ini, dari pihak Lembaga Simpang Mandiri sebagai  motor sejak tahun 2015 telah merencanakan ini namun tahun 2020 alhamdulilah bisa tergarap juga, sukseskan film ini, sebab film ini syarat akan makna dan nilai-nilai serta kearifan lokal yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, terima kasih buat semua yang ikut mensukseskan film ini, semoga dengan film ini dapat kembali mengangkat marwah, harkat dan martabat negeri simpang seperti masa dahulu”. Pungkasnya.

Menurut Raden Jamrudin sebagai Budayawan tanah Simpang yang juga ikut berperan dalam film tersebut mengemukakan bahwa, rasa kebhinekaan dari semenjak zaman dahulu sebenarnya sudah tertanam hal ini bisa di buktikan bahwa dalam perang belangkait ikut terlibat juga tokoh Suku Dayak bersatu bersama pasukan melayu di negeri simpang untuk memerangi Kolonial Belanda.

“ Maka mari kita rawat rasa kebhinekaan yang telah tertanam sejak dahulu “. Ujar Raden Jamrudin.

Film perang belangkait memiliki dua seting yakni masa lalu dan masa kini, di ungkapkan oleh Miftahul huda sebagai penulis sekaligus pimpinan produksi film, bahwa alur ini di sebabkan karena waktu dan pembiayaan sehingga harus di buat seting dua waktu dengan genre Semi kolosal guna memperingan adegan.

“Niat kita mau buat Film perang belangkaet ini Full Kolosal, dan naskahnya sudah siap sebenarnya, tapi tidak untuk saat ini, lain kali kita isnyaallah masih berambisi membuat dengan seting kolosal, karena itulah mimpi dalam hidup saya yakni membuat film Kolosal yang berlatar belakang Sejarah, saat ini rezeki kita baru sampai di Semi kolosal”. Ungkap Huda dengan optimis

Sebagai Sutradara Kushariyanto merasa bangga dapat terlibat menjadi  bagian dalam penggarapan film semi kolosal pertama di Kalimantan Barat. “ walau banyak tantangan dan rintangan namun semua ini membuat saya merasa bangga karena dapat mendirect film sejarah yang pertama dalam hidup saya dan pertama di Kalimantan Barat”. Ujar Kus bersemangat.

 Di certikan oleh Kushariyanto bahwa dalam produksi ini sangat banyak sekali yang terlibat di dalamnya, khusus ia sebagai sutradara membawahi semua Crew dan pemain yang berjumlah 76 orang. “ saya ucapkan terima kasih buat semua pemain dan Crew serta semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu persatu”. Ujar kus menimpali.

Yusri Darmadi sebagai Peneliti Sejarah Kalbar menyatakan bahwa Film Belangkait ini merupakan sebuah peristiwa sejarah yang pada masa itu menegaskan bagaimana gelombang perlawanan rakyat khususnya di kalimantan barat di lakukan.

“ selain perang belangkait di kerajaan simpang saat itu dalam waktu yang hampir sama ada juga di Tumbang titi yang setahun sebelumnya terjadi yakni perang Kedang, kemduian di landak dan beberapa daerah lain, dan hal ini cukup menarik buat kajian kahazanah budaya dan sejarah terutama bagi para generasi muda pada khususnya agar mereka  tidak mengalami amnesia akan sejarah “. Pungkas Yusri.

crew dan pemain film belangkaet

Eed Juliansyah sebagai Kameramen dan Editor juga merasa bahwa film sejarah Belangkaet ini meruapakan salah satu karya yang paling sakral dari sekian banyak karya yang saat ia di pulau jawa pernah di garap.

“ ya saya merasa karena ini kampung kelahiran saya, dimana darah saya juga mengalir dari nenek moyang  Kerajaan Simpang, maka  film  ini serasa sakral bagi saya, dan saya tidak bisa banyak berkata kata manakala sampai di Makam yang mulia Raja Gusti Panji di Simpang Keramat. Saya merasa malu dengan situasi yang ada, dimana tempat peristirahatan terakhir beliau yang pernah berjuang saat ini seperti tidak terawat, dan bangunan yang ada hanya tinggal puing puing saja “. Ujar Eed dengan nada yang sedih sambil tatapannya menarwang jauh ke angkasa.

“Kepada pemerintah  saya berharap agar memperdulikan cagar budaya serta peninggalan yang ada khususnya yang berada di Simpang tempat Yang Mulie Sri Paduke Gusti Panji, Kite ade karene perjuangan dari beliau beliau, jadi tolonglah dengan pemerintah mane manepun bangun dan buatkan tempat yang nyaman untuk beliau supaye ade penghargaan bah ”. Ungkap Raden Jamhari dengan bahasa melayu simpangnya selaku  seniman sekaligus pencipta original soundtrack Film Belangkait.

Pendekatan yang kita lakukan dari sisi properti dan lokasi dimana dalam hal ini di kerjakan oleh seniman ulung yakni Supriyono atau Mas Pri sangat memuaskan. Mas Pri yang membuat senjata senjata zaman dahulu dari mulai senapan, Keris melayu, Pedang, Tombak, sumpit, golok, pisau, Panah, Mandau, serta interior keraton, semua properti yang mas pri buat cukup detil dan halus, belum lagi teman teman make up yang luar biasa dalam bekerja membuat seperti luka serta wajah orang dahulu seperti aslinya”. Ungkap Isya Fahruzi sebagai Penasehat dan Pengarah dalam Film Belangkait.

“Saya salut dari sisi originalitas kawan kawan menjaga ini, saya mendengar langsung bagaimana lagu belangkait yang di garap oleh CREW aranger yang tergabung dalam Studio Sanggar simpang betuah dan Rimba Studio serta Kang Iwan yang sudah malang melintang di dunia permusikan Nasional, jadi saya percaya jika ini akan jadi film sejarah yang baik “. Pungkas Effendi Ahmad Wakil Bupati Kayong Utara yang sekaligus sebagai pemain dalam Film belangkaet.

“Aktor yang baik adalah salah satu kunci dari kami mengambil gambar tidak banyak halangan, pak sutradara dan Astrada juga tidak terlalu pusing dengan ini. maka saya ucapkan terima kasih buat pak pelatih, yakni pak Jamani dari teater Skuter yang luar biasa”. Ungka M Rido sebagai Bendahara sekaligus Kameramen dalam Film Belangkaet.

Sekretaris Lembaga Simpang Mandiri Irawansyah dalam proses produksi film ini tentunya banyak pihak yang berperan besar terutama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan fasilitasi pembiayaan, serta para Donatur dari beberapa Perusahaan yang ada Di Kayong Utara, serta Pihak Pemda Kayong Utara melalui Bidang kebudayaan, Dinas terkait, Polres , Kepala Desa Rantau Panjang, Kepala Desa Pampang Harapan, Polsek, dan semua masyarakat, kami ucapkan banyak sekali terima kasih yang sebesar besarnya semoga film ini dapat membawa manfaat perkembangan Budaya dan Sejarah Amieen . 

Hingga sekarang, proses penggarapan film belangkaet sudah pada tahap post production, targetnya bulan Desember 2020 film ini sudah selesai dan siap di tonton oleh masyarakat luas. ( WK Team / 08/ 11/ 2020 ).

.

Selengkapnya Anda bisa saksikan keseruan Belakang layar film semi Kolosal Perang Belangkait di bawah ini : .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar