Cerita ini di tulis Oleh:
Hasanan .
Pesan moral yang terdapat pada cerita Pak Aloi di atas yaitu, dalam menyampaikan pesan kepada seseorang, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami orang tersebut. Sehingga yang menerima pesan tidak salah arti, apa lagi kepada orang yang kurang cerdas. Dalam menyampaikan pesan lisan pun, jangan dikurang-kurangi atau ditambah-tambahi, kerena bisa menimbulkan fitnah atau masalah.
Di dalam menerima pesan, kalau kurang jelas bahasa pesan (pembicaraan) yang kita terima, kita harus bertanya hingga jelas. Sehingga kita tidak salah arti, salah paham, atau salah pula dalam menyampaikan pesan ke orang lain.
Kepada yang lebih tua dari kita, apa lagi kepada suami, kita tidak boleh membentaknya. Sekurang apapun kondisi orang tua, suami kita atau orang lain, kita wajib hormat dan meghargainya. Sebab, di balik kekurangan tersebut, pasti ada kelebihannya. Lihatlah kelebihannya, jangan kekurangannya. Periksa juga kekurangan kita! Sehingga kita bisa bersikap baik dan bijaksana.
Sedangkan Rawai pada cerita di atas, merupakan alat tangkap tradisional masyarakat Kayong Utara, yang menggunakan kail. Matanya ada yang menggunakan mata pancing. Ada juga yang menggunakan bambu yang dibentuk seperti jarum, dengan ukuran 2 kali besar batang korek api.
Kalau rawai untuk menangkap ikan, biasanya menggunakan mata pancing. Mata pancing tersebut diperambut (di ikat pangkalnya), kemudian di ikat ke tali utamanya, dengan jarak 50 cm 1 mata pancing. Untuk memancing ikan agar datang, rawai tersebut diberi umpan keong atau lainnya. Setelah di umpan, rawai tersebut di rentangkan di sungai/laut.
Rawai yang menggunakan mata bambu, biasanya rawai khusus untuk menangkap udang galah. Cara kerjanya sama dengan rawai ikan. Yang membedakannya hanya mata rawainya saja.
Selasa, 14 April 2020
KISAH LUCU PAK ALOI DAN IKAN HASIL TANGKAPANNYA
Tags
# Uncategorized
Share This
Uncategorized
Labels:
Uncategorized
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar