Benarkah 26 Juni Sebagai Hari Jadi KKU – SEJARAH SUKADANA YANG TERLUPAKAN Eps 1

Di tulis Oleh Miftahul Huda

(“Dari benua lama, mengayun langkah ke Sukadana hingga beberapa keturunan, lalu dari sukadana menuju ke sungai matan dan berakhir di Kerajaan Simpang” )

Kita telah mengatahui bahwa Setiap pada tanggal 26 Juni ditetapkan sebagai hari ulang tahun atau hari jadi Kabupaten kayong Utara, tanggal 26 juni di jadikan dasar utama lahirnya kabupaten kayong utara berdasarkan dari masa pelepasan dari kabupaten induknya di Ketapang pada tahun 2007, maka dengan demikian usia kabupaten kayong utara masih sangat relatif muda, namun apakah benar demikian ?.,

Ulasan kali ini akan membahas mengenai beberapa versi lahirnya kabupaten kayong utara dari preskpektif sejarah yang bersumber dari berbagai literatur di antaranya adalah Dokumen pemekaran yang di simpan oleh Abah Abdul samad sukadana, buku sejarah Menapak tilas kerajaan tanjung pura karya gusti muhammad mulia, buku dari benua lama ke mulia kerta yang di tulis oleh m dardi d has, kitab negara kerta gama, PJ Vert,  gorge muller dan sumber literatur yang lainnya

Namun sekali lagi bahwa ulasan ini merupakan sebuah wacana sejarah untuk membuka mata kita semua bahwa  keberadaan kabupaten kayong utara di masa lampau sudah di kenal oleh dunia, maka akan sangat sempit apabila kita hanya melihat dari prespektif kayong utara di masa kini, untuk itu ulasan kali semoga dapat membuka ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, selamat menyaksikan.

Sebelumnya telah kitahui dari berbagai sumber dan literatur  bahwa kota sukadana sendiri yang menjadi ibu kota kabupaten kayong utara, sudah wujud sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.

Hal ini dapat di buktikan dari catatan yuan shi yang mengisahkan tentang pasukan dari kubilaikhan pada abad ke 13 tepatnya tahun 1293 masehi, saat itu  Pasukan Khubilai Khan di bawah pimpinan oleh panglima perangnya yakni, Ike Mise, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya menuju singosari untuk menghukum raja Kertanegara, mereka singgah di kepulauan Karimata yang pada masa itu masuk dalam wilayah Kerajaan Tanjungpura, atau yang pada masa itu masih di sebut sebagai bakula pura.

Di kisahkan juga bahwa pasukan kubilaikhan  datang ke bandar kerajaan bakula pura yakni di sukadana,  guna memenuhi kebutuhan logistik sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau jawa.

Teori sejarah ini dapat di buktikan dengan adanya prasati batu cina yang saat ini masuk wilayah Desa betok kecamatan kepulauan karimata kabupaten kayong utara.

Dalam inkripsi prasasti batu cina yang telah di teliti oleh Balai arkheologi, di nyatakan bahwa dalam masa itu pasukan kubilaikhan singgah di pulau karimata guna memperbaiki kapal serta mengisi kebutuhan logistik.

Kemudian selanjutnya ketika berdirinya tanjung pura era sukadana yang di tandai dengan datangnya prabujaya atau brawijaya, yakni seorang pangeran dari majaphit ie menikah dangan putri raja hulu air ketapang, dan berpindah dari benua lama yang ada di ketapang  di abad ke 14, dimana pada masa itu prabu jaya dan putri junjung buih dengan nama aslinya yaitu dayang potong yang merupakan putri dari siak bahulun yakni raja dari kerajaan hulu air di ketapang dimana mereka di kemduian hari lalu pindah ke sukadana dan menetap serta mendirikan kerajaan tanjung pura era sukadana yang melahirkan para raja raja di seluruh kalimantan barat.

 

Pada masa lampau  yakni abad ke 14, wilayah Kayong yang meliputi Ketapang dan kayong utara saat ini, ada dalam satu kesatuan wilayah kerajaan yang bernama Tanjung Pura dan di klaim  ada dibawah kekuasaan Majapahit.

Namun dari sumber yang  lain pada abad ke 12 tepatnya tahun 1284 saka atau 1336 masehi,  Tanjung Pura bernama Bakula Pura dengan ibu kota Sukadana, pernah menjadi salah satu provinsi di bawah taklukan kerajaan Singosari di masa raja Kertanegara.

Sumpah Amukti Palapa adalah suatu pernyataan  yang dikemukakan oleh Gajah Mada, dan  menjadi salah satu bukti adanya keberadaan dari negeri tanjung pura di masa itu, sumpah amukti palapa ini di ucapkan oleh  gajah mada,  pada upacara pengangkatannya menjadi maha Patih Amangkubhumi Majapahit, pada tahun 1258 Saka atau 1336 M.

Sumpah Palapa ini  berbunyi,  “ Sira Gajah Mada, patih Amangkubhumi tan ayun amukti  palapa, sira Gajah Mada, Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

 

Adapun terjemahannya, adalah  “ Saya Gajah Mada Patih Amangkubumi bersumpah tidak ingin berbuka puasa untik menikmati segala kenimatan dunuawi. Saya Gajah Mada, juga bersumpah Jika telah mengalahkan kerajaan kerajan di  Nusantara, maka saya  baru akan melepaskan puasa. Seperti mengalahkan negeri Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik  atau Singapura, maka dengan demikian saya baru akan melepaskan puasa dan menikmati kehidupan duniawi”.

Demikianlah sumpah amukti palapa dari mahapatih gajah mada yang di kenal sangat sakral, bahkan hingga akhir hayatnya gajah mada terbukti tidak menikah, sebab ia merasa belum bisa menunaikan semua sumpah sumpahnya. Kini beberapa jasanya di kenang dan di abadikan dalam beberapa literasi sejarah dan pasukan bhayangkara yang pernah di bentuknya menjadi kesatuan dalam kepolisian republik indonesia.

Kembali pada soal tanjung pura sukadana , bahwa Selain itu dengan di temukannya prasasti batu cap yang ada di desa Sedahan jaya Kecamatan Sukadana, mengundang  tanya yang lebih jauh lagi tentang keberadaan Sukadana yang sudah sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, hal ini di tandai berdasarkan dari usia batu cap tersebut.

Batu cap tersebut ada di sebuah bukit yang terletak tepat di mulut gua yang juga di sebut sebagai batu bergambar atau rock painting, . menurut dari beberapa kali penelitian arkheolog ,  batu tersebut merupakan salah satu peninggalan sejarah pada masa lampau dan telah terdaftar sebagai situs purbakala yang tahun pastinya belum dapat di ketahui.

Jika merujuk dari tradisi lisan yang berkembang di tanah kayong, seperti yang telah di abadikan dalam sebuah buku  tulisan dari   Almrhum M dardi D Has, yakni salah seorang sejarwan dari Kabupaten Ketapang,  menuliskan tentang kisah Tok Upui yang telah mendiami daratan tanah kayong  (di sebut tanah kayong adalah satu kesatuan untuk daerah ketapang dan kayong utara).

Dalam bukunya tersebut, M Dardi D Has menjelaskan secara jelas mengenai fase kedatangan dari beberapa rombongan,  yang  pertama adalah rombongan Tok upui yang datang pada ababd ke 3 hingga 4  Masehi, kemdian rombongan ini di perkirakan berasal dari Kerajaan kutai, sedangkan rombongan Tok bubut datang pada abad ke 7 hingga ke 8 masehi, di duga rombongan ini berasal dari kerajaan sriwijaya yang berada di pulau sumatra.

Kesimpulannya adalah daratan tanah kayong telah di diami oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa kedatangan dari rombongan manusia yang bermukim, lalu membuka sebuah peradaban baru kemudian berkembang, dan memungkinkan terjadi pembauran yang kemudian lahirlah sebuah kebudayaan baru yang ada di pulau borneo.

Kendati sudah final bahwa ulang tahun kabupaten kayong utara di tetapkan pada tanggal 26 juni berdasarkan dari pelepasannya dari kabupaten induknya di ketapang, namun tidaklah salah apabila beberpa peristiwa sejarah di atas juga sebgai penanda hari lahirnya dari ibu kota kabupaten kayong utara itu sendiri yakni sukadana.

Jika melihat dari peristiwa kedatnagan tok bubut dan tok upui maka usia Sukadana sendiri sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, namun bukti akan hal ini snagat lemah karena banyak bersandar pada tutur lisan belaka.

Namun jika kita merujuk pada peristiwa kedatangan pasukan kubilaikhan yang singgah di karimata dan datang ke bandar bakulapura sukadana pada tahun 1293 mashei berdasarkan catatan yuanshi maka Usia sukadana saat ini sudah 727 tahun, terhitung dari tahun 1293 masehi hingga tahun 2020 saat ini.

Sedangkan jika merujuk dari kedatangan prabu jaya ke kota sukadana pada abad ke 14, pada fase ini sebelumnya telah dijadikan dasar oleh kabupaten induk dari kayong utara yakni kabupaten ketapang yang menetapkan usia ketapang berdasarkan dari berdasarkan angka nissan di keramat 9 neegeri baru  yang bertarikh 1340 saka atau 1418 masehi, pada masa ini di duga adalah fase sebelum perindahan prabu jaya dari benua lama atau nenegri baru sekarang di ketapang menuju sukadana di masa itu.

Sekali lagi ulasan ini bukan bertujuan untuk memaksakan atau berlomba lomba mencari siapa yang paling benara atau siapa yang paling tua, namun semata mata hanya ingin membuka wacana dan wawasan akan sejarah di masa lampau bahwa daerah tanah kayong yang juga meliputi Sukadana, Ketapang, matan, dan simpang merupakan daerah yang pernah maju di masa lampau.

Sebagai pembanding misalnya hari jadi jota pontianak di tetepkan pada tanggal 23 oktober tahun 1771 masehi , hal ini di dasari atas perjlanana sejarah ketika sultan syarif abdullrahman memmbuka kota pontianak pada tahun tersebut.

Begitu juga dengan sanggau yang menetapka hari jadinya pada tangal 7 april  yang juga berkaitan dengan peristiwa sejarah dara nante yang menjadi pemimpin pertama di kerajaan sanggau. Dan begitu juga dengan kota kota lain yang juga banyak memakai referensi sejarah sebagai tonggak penentuan berdirinya sebuah kota, sehingga di masa yang akan datang  sejarah pada masa lampau mengenai tempat atau daerah tersebut tidaklah hilang di telan zaman.

 

Dapat di tarik kesimpulan bahwa ulasan ini untuk mengajak para pemirsa guna menjaga marwah atas kebesaran sebuah darah di masa lalu yang pernah tertorehkan dalam tinta emas sejarah dari abad ke 4 masehi, yang  bermula dari nama bakula pura menjadi nama tanjung pura lalu menjadi nama kerajaan matan dan simpang, serta bermatamorposa dan menyebar menjadi raja raja di seluruh tanah borneo.

Maka kesimpulan akhirnya adalah bila berdasarkan kedatangan pasukan kubilaikhan ke sukadana, maka usia kayong utara saat ini sudah menginjak 727 tahun, namun jika berdasarkan dari usia pepelpasan wilayah atau pemekaran dari kabupaten induk usia kayong utara baru belasan tahun.

Demikianlah ulasan kami pada episode kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, pada episode berikutnya akan di bahas mengenai proses dan sejarah pemekaran kabupaten kayong utara yang sudah di rencanakan sejak tahun 1964 di masa dpr gr atau dewan perwakilan rakyat gotong royong di masa presiden sukarno.mohon maaf atas  segala kekurangan, sampai jumpa dan salam budaya . !

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama