Di lansir dari halaman Blog http://www.rosadijamani.com, tentang kajian bakal calon Gubernur dan Wakil gubernur Kalimantan Barat 2018 mendatang. berikut ulasan lengkapnya.
Lembaga survei Cirus telah meliris hasilnya, Karolin Margret Natasa sebagai kandidat dengan elektabilitas tertinggi. Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) juga telah merilis hasil surveinya. Milton Crosby (MC) tertinggi. Saya menginginkan ada lembaga survei lain juga merilis hasilnya, di mana Hildi Hamid yang paling unggul. Seandainya memang ada demikian, wah semakin seru dan semakin bingung juga hehehe…
Kenapa bingung? Ya, bingung lah. Beda survei beda hasil. Semestinya sama, walaupun perolehan angkanya beda. Kalaupun hasil berbeda, selisih angkanya beda tipis. Begitu umumnya hasil survei yang benar. Tapi kalau yang satu hasilnya A, satunya lagi hasilnya B, lantas angkanya sangat jauh berbeda, pasti satu di antaranya ada yang tak beres. “Pesanan kali Bang!” Bisa jadi. Namanya politik, penuh intrik bro.
Kita abaikan dulu soal survei. “Soal Hildi Hamid bagaimana. Apakah maju atau mundur Bang?” Nah, itu yang saya mau analisis bro. Dalam sebulan terakhir, publikasi terkait Hildi Hamid memang tidak segencar lawan-lawannya. Jarang masuk koran (headline), apalagi televisi. Kecuali halaman Kayong Utara, tentu beliaulah bintangnya.
Hildi Hamid, Bupati Kayong Utara dua periode. Dulunya ia anggota DPRD Kalbar. Satu lagi posisi strategisnya, Ketua Tanfiziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar. Dengan posisinya tersebut, nama Hildi Hamid sangat layak bertarung di Pilgub Kalbar 27 Juni 2018. Berbekal nama besar, ia penuh percaya diri mendaftar sebagai calon gubernur ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Golongan Karya, PDI Perjuangan, dan Hanura. Itu yang saya tahu. Kalau beliau ada daftar ke partai lain lagi, is ok.
Berdasarkan informasi dari sejumlah media, sudah beberapa kandidat memastikan calon gubernur. Di antaranya Sutarmidji-Ria Norsan diusung Golkar, Nasdem, dan PKS. Karolin Margret Natasa-Suryadman Gidot diusung Partai Demokrat dan PKPI. Terbaru dan mengejutkan Milton Crosby – Boyman Harun diusung Gerindra dan PAN. Sementara lewat jalur independent Kartius-Pensong.
Lantas, Hildi Hamid kebagian partai mana? Masih ada PDI Perjuangan yang sampai sekarang belum mengusung kandidatnya. Walaupun tanpa koalisi, PDIP bisa mengusung sendiri siapa yang dimajukan di Pilgub. Masih ada PPP, PKB, dan PKB. Sayang, tiga partai ini belum menentukan sikap, siapa bakal diusungnya. Berdasarkan rumor, besar kemungkinan ketiganya bersama PDIP ditambah Hanura membangun koalisi besar untuk mengusung Hildi Hamid-Lasarus atau Lasarus-Hildi Hamid. Tapi, ini baru rumor atau obrolan para pendekar politik di warung kopi, hehehe..
Keberadaan Hildi Hamid memang masih misterius, apakah maju atau mundur. Secara prosedur, beliau sudah secara resmi mendaftar. Nah, sekarang dari sejumlah partai tempat ia mendaftar, tinggal PDI Perjuangan yang belum menentukan sikap. Kabar inilah yang sangat ditunggu, apakah Megawati Soekarno Putri membubuhkan tanda tangannya untuk merekomendasikan Bupati Kayong Utara itu sebagai calon gubernur, sekali lagi kita harus sabar.
Tapi, apakah PDIP mau mengusung sosok di luar kader terbaiknya. Mengutip pernyataan Hasto Sekjend DPP PDIP saat berkunjung ke Pontianak, partainya lebih memprioritaskan kader terbaiknya. Bukan orang di luar partainya. Bila ungkapan ini benar, kader terbaik PDIP saat ini hanya dua, Karolin Margret Natasa (Bupati Landak) dan Lasarus (anggota DPR RI). Antara dua itu yang akan dipilih Mega. Apakah Karol atau Lasarus. Seandainya apa yang telah diungkapkan Hasto konsisten, tertutuplah peluang Hildi Hamid untuk nomor satu. Kemungkinan besar kebagian di nomor dua. Wakil Lasarus atau Karol.
Gubernur Kalbar Drs Cornelis MH yang juga Ketua PDIP Kalbar telah mengumumkan, Karol berpasangan dengan Suryadmad Gidot (Karol-Gidot). Diusung Demokrat dan PKPI. Sementara partainya sendiri belum merilis rekomendasi. Nah, di sini yang sangat ditunggu oleh publik Kalbar. Bakal menjadi berita paling hot atau panas sepanjang tahun 2017 atau awal tahun 2018. Bisa dibayangkan apabila Karol-Gidot tidak diusung PDIP. Sementara ayahnya sendiri Ketua PDIP Kalbar. Konsekuensi terbesar, Karol pasti dipecat PDIP. Nah, bagaimana dengan Cornelis sendiri, apakah harus meletakkan jabatan demi anak sulung tersayangnya. Jawaban dari pertanyaan ini pasti sangat ditunggu. Sabar bro, ini hanya seandainya saja, belum terjadi. Tapi, bila Megawati merestui Karol, ya tidak ada masalah. Posisi Karol jelas bertambah kuat karena didukung oleh partai yang mengantarkannya menjadi Bupati Landak.
Lalu, bagaimana Hildi Hamid ni Bang? Oh, iya. Hampir kelupaan. Seperti yang saya jelas tadi, kita memang haru sabar menunggu. Beliau bisa saja nomor satu, Hildi-Lasarus. Bisa juga nomor dua Lasarus-Hildi. Atau bisa juga tidak dapat apa-apa alias tidak diusung. Semua tergantung Mega sekarang. Kalau ada kontak langsung ke Mega, boleh ditanyakan, “O..Bu Mega, siapa yang diusung PDIP di Kalbar?” Kira-kira dijawab ndak ya? Ha..ha..ha.. kepo benar bro. Siape kite bro berani-berani telepon mantan orang nomor satu di Indonesia.
Sip bro, kita harus menunggu jawaban Mega ni. (Rosyadi jamani.com)