Suara Masyarakat Matan Jaya
Untuk kesekian kalinya Muhammad Sani reses ke desa Matan Jaya, keluhan masyarakat Matan tak lain, soal kebutuhan dasar mereka yang belum terpenuhi. Hingga hari ini, Matan belum memiliki jaringan listrik.
Selama ini, masyarakat Matan masih menggunakan genset/mesin diesel pribadi, yang waktu dan jumlahnya terbatas. Jika dihitung, biayanya cukup besar. Anda tiap malam menggunakan mesin, separuh malam saja, lumayan juga uangnya.
Untuk mesin genset misalnya, setidaknya butuh 2 liter bensin/separuh malam. Andai harga bensin Rp. 10.000,00/liter, berarti kost yang dikeluarkan permalam Rp. 20.000,00. Sebulan mencapai Rp. 600.000,00. Jauh dengan biaya PLN. PLN paling tinggi Rp. 200.000,00/bulan.
Untuk memasukan listrik negera ke Matan tentu belum memungkinkan. Mengingat jarak, akses dan jumlah konsumennya sulit dan terbatas. Kecuali jalan utama ke Matan sudah terbangun, ada kemungkinan PLN bisa masuk kesana. Selama ini masih menggunakan akses jalan perusahaan.
Jika PLN belum memungkinkan masuk ke Matan, pemda harus punya solusi lain. Misalnya, berkomunikasi dengan perusahaan yang ada di Matan. Bagaimana agar perusahaan yang ada, bisa mengaliri lsitrik ke rumah-rumah warga Matan. Yang dekat dan memungkinkan, yaitu PT PTS (Putra Tani Sejati).
Pernyataan warga Matan ke Sani, andai mereka harus membayar perbulannya ke perusahaan, mereka siap membayar. Yang penting listrik bisa masuk di Matan, sehingga Matan tidak seperti kampung mati. Dengan catatan, sistem/mekanismenya jelas dan sesuai.
Menyikapi keinginan warga Matan tentang listrik tersebut, Sani berharap ada langkah-langkah konkrit dari pemda. Pemda memiliki otoritas untuk melakukan langkah-langkah nyata, termasuk berkomunikasi dengan perusahaan. Bagaiman caranya, agar perusahaan di Matan bisa mengaliri listrik dusun atau ke rumah warga yang belum ada.
Sani juga menyarankan ke warga Matan, terutama pemerintah desanya agar menyampaikan usulan ke pemda. Atau menyampaikan usulan ke perusahaan, untuk penyambungan jaringan lsitrik ke rumah warga. Kemudian usulan tersebut ditembuskan ke pemda dan DPRD, agar bisa ditindaklanjuti.
Untuk jangka pendek, setidaknya ada listrik tenaga surya. Minimal untuk menerangi jalan-jalan yang ada di Matan. Setidaknya, dengan jalan terang, dapat juga menerangi rumah penduduk, sehingga tidak seperti daerah tak berpenghuni pada malam hari.
Tak hanya listrik yang menjadi keluhan warga Matan. Jalan tembus Matan – Batu Barat menjadi harapan besar mereka pula. Selama ini mereka masih menggunakan jalan perusahaan, yang aksesnya lumayan jauh.
Jika ada jalan tembus Matan – Batu Barat, maka jarak dua desa ini semakin dekat. Hubungan Matan dengan ibukota kecamatan/kabupaten pun tidak terlalu jauh lagi. Selisih jaraknya bisa puluhan kilo, jika dibanding akses yang digunakan warga sekarang.
Ketersediaan air bersih juga, kebutuhan dasar yang belum sepenuhnya dirasakan warga Matan. Masih ada dusun atau daerah pemukiman yang butuh jaringan air bersih. Ini kebutuhan vital yang harus segera diatasi.
Sebagai wakil masyarakat, Sani akan berusaha semampunya, memperjuangkan aspirasi masyarakat. Listrik, jalan, air bersih yang menjadi kebutuhan masyarakat Matan, akan dia perjuangkan bersama anggota DPRD lainnya. Tentu menyampaikan ke komisi yang membidangi bidang tersebut.
Suara Masyarakat Batu Barat
Tak jauh berbeda dengan Matan Jaya, masyarakat Batu Barat pun menginginkan hal yang sama. Sejak lama, akse ke Batu Barat sulit, karena jalannya hancur ketika hujan. Alhamdulilah, perlahan, kondisi jalan menuju Batu Barat semakin membaik.
Tahun ini, dari APBD KKU dianggarkan lebih kurang Rp. 20 milyar, peningkatan jalan Melano – Batu Barat. Merupakan akses utama yang menghubungan Teluk Melano – Perawas.
Sementara, dari simpang Rembayan menuju ke Dusun Teluk Aur, Sepakat dan Matan Raya pun perlu perhatiuan khusus. Ada sekitar 13 km jalan penghubung anatar dusun yang perlu ditingkatkan di Batu Barat. Jalan ini merupakan akses utama masyarakat.
Saat ini, sawit mandiri masyarakat Batu Barat sudah panen. Kendalanya, petani kewalahan soal angkutan hasil panen. Jalan yang ada tidak bisa dilalui roda 6, khusus roda 4 saja. Petani harus mengeluarkan ongkos banyak. Dari ke kebun muat ke pick up, kemudian diangkut ke Tanjung Pelanduk untuk dimuat ke truk.
Andai kapasitas jalan lingkar Batu Barat dapat dilalui truk, tentu memudahkan petani menjual sawitnya. Dengan demikian, biaya yang mereka keluarkan relatif kecil.
Roda empat saja bisa menghancurkan badan jalan lingkar Batu Barat. Jalan-jalan yang telah di rabat beton banyak yang hancur. Artinya, kapasitas jalan perlu ditingkatkan, agar mampu dilalui roda 4 dan 6.
Tanpa akses/jalan yang baik, pergerakan ekonomi masyarakat akan sulit dan lamban. Karena jalan merupakan urat nadi masyarakat. Desa tidak akan terisolir/terbelakang, apabila infrastruktur jalan dan transportasi lainnya terbangun dengan baik.
Sebetulnya, sejak dia dilantik, Sani sudah seringkali menyuarakan ini. Karena alasan keterbatasan anggaran, usulan tersebut belum terakomodir. Bersyukur, melalui jalur aspirasinya dia bisa mealokasikan untuk rabat beton, walaupun belum sepenuhnya.
Namun, kondisi jalan rabat beton yang baru di bangun tersebut, saat ini sudah banyak yang rusak. Karena dipaksakan kendaraan roda 6 masuk. Jalan tersebut bukan kapasitasnya roda 6. Sebab itu, peningkatan kapistas jalan penting.
Perubahan status jalan lingkar Batu Barat menjadi jalan kabupaten penting juga dilakukan. Kalau hanya mengandalkan dana desa, tidak cukup membangun jalan tersebut. Alasan lainnya, seperti jalan di Dusun Sepakat dan Matan Raya, merupakan pusat pemerintahan desa. Sebagai pusat pemerintahan desa, tidak ideal status jalannya jalan desa.
Dengan dibangunnya jalan utama Melano – Perawas melalui Batu Barat, memberikan angin segar buat masyarakat desa kelahiran Sani. Gambaran sulit menuju ke Batu Barat, berlahan terjawab tidak.
Sani tetap berupaya semaksimal mungkin, memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak. Dari sekian banyak usulan masyarakat, paling tidak ada 2 atau 3 yang dikawalnya dan terakomodir.
Patisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak kalah penting pula. Misalnya dalam hal pengawasan. Kita tidak bisa semata-mata menmyerahkan pengawasan pada dinas terkait. Dinas punya keterbatasan waktu dan tenaga. Disinilah peran masyarakat. Karena pengawasan masyarakat lemah, kualitas pembanngunan bisa rendah. (Ham)
Tags
Uncategorized