Sebutulnya, jika berfungsi dengan baik, tanggul air asin memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Yang terjadi sebaliknya. Banyak tanggul-tanggul yang di bangun di desa, tetapi minim manfaatnya.
Pasalnya, tanggulnya ada pintu airnya tidak ada. Pintu airnya ada tapi tanggulnya rusak. Tanggulnya ada pintu airnya yang tidak memadai. Ada diantaranya pintu air (klip) yang dirusak masyarakat, karena tidak berfungsi dan sesuai keinginan masyarakat.
Hal ini disampaikan Burhan, melihat yang terjadi di dapilnya, khususnya kecamatan Teluk Batang. Misalnya di Alur Bandung, klipnya ada tapi tanggulnya tidak ada. Kalau pun ada tanggulnya kondisinya perlu diperbaiki. Bahkan ada pintu klip yang dirusak warga. Dalam 1 parit ada 2 – 3 bekas pintu klip. Ada juga yang di bangun masa Ketapang dulu. Karena pembangunan tersebut tidak sesuai dengan keinginan masyarakat nelayan. Menyebabkan kapal motor mereka tidak bisa keluar-masuk parit.
Kalau untuk desa Sungai Paduan tinggal perbaikan saja. Sementara, desa Teluk Batang Kota dan Teluk Batang Selatan, belum ada sama sekali. Sehingga saat pasang air laut besar pada bulan tertentu, banyak rumah penduduk yang hampir tengelam atau tengelam lantainya.
Sementara di desa Masbangun, masih ada 2 dusun yang belum di bangun pintu airnya. Seperti 3 dusun yang sudah terbangun pintu airnya, warga Masbangun merasakan manfaat tanggul tersebut. “Namun belum maksimal, karena 2 dusun belum di bangun,” bertahaplah, ungkap Burhan.
Untuk 3 tidak dusun Masbangun yang dimaksimalkan Burhan pembangunanya (2013 dan 2015), manfaatnya dirasakan masyarakat. Memang bukan dia yang melaksanakan pembangunannya, dinas terkait. Tapi Burhan ikut mendorong usulan dan pemaksimalan pembangunan tersebut.
Selain bermanfaat untuk pertanian/perkebunan, tanggul air asin juga bermanfaat dalam mencegah pemukiman dari banjir pasang air laut. Contohnya daerah-daerah yang ada di kecamatan Teluk Batang. Banyak rumah penduduk yang terendam air pasang, ketika air laut pasang besar.
Untuk meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan bagi daerah pesisir, tanggul air asin adalah solusinya. Tentu tanggul yang didukung pintu klip yang cukup dan baik. Lihat saja desa yang tanggul air asinnya baik, warga bisa bercocok-tanam. Seperti Pemangkat dan Pulau Kumbang.
Warga Pemangkat bisa menanam padi dan menghasilkan. Padahal arealnya tak jauh dari pinggir laut. Tapi karena tanggulnya berfungsi dengan baik, maka padi saja bisa tumbuh dengan baik. Demikian juga desa Pulau Kumbang dan desa-desa lain yang tanggulnya baik.
Ada satu persoalan yang menarik perhatiank Burhan, soal pemaksimalan tanggul air asin. Selama ini, dinas terkait terkesan hanya menggali/membuat saluran dan tanggul saja. Pintu klipnya kadang tidak di bangun. Kalau kita hanya membangun saluran tersier/skunder, tapi tidak membangun pintu klipnya, sama saja bocor.
Maunya Burhan, maksimalkan dulu tanggul yang ada. Misalnya, tanggulnya sudah di bangun tapi klip airnya belum ada, bangun klip airnya. Setelah selesai tanggul dan klip airnya, baru pindah ke desa lain. Artinya pembangunan kita fokus. Azas manfaatnya jelas dirasakan masyarakat.
“Kalau kita hanya memabangun tanggulnya saja dari satu desa ke desa lain. Desa sana sedikit, desa sini sedikit. Tiga empat tahun baru membangun klip airnya, sama saja membangun galang cabe. Tanggulnya teburu rusak,” ulas Burhan.
Jika pembangunan tanggul dan klip airnya dilakukan 1 paket, jelas azas manfaatnya. Jika tidak selasi 1 tahun, 2 tahun. Yang penting fokus dan maksimal pembangunannya.
Apabila merasakan manfaatnya, masyarakat akan turut menjaga dan merawatnya. Tapi jika di bangun alahkadarnya/tidak merata. Pintu klipnya hanya 1 atau 2 dari dari sekian banyak parit yang ada, ini akan mengundang reaksi masyarakat sa. Tambah lagi pembangunan klip air di parit yang merupakan akses kapal-kapal nelayan. Ini akan berpotensi di rusak, karena tidak bermanfaat dan dianggap menganggu.
Ada solusi sebentul bagi parit yang merupakan akses keluar masuk kapal nelayan. Klipnya dimajukan ke darat, dengan meninggikan sisi kiri-kanan parit. Atau bisa membangun klip dekat tanggul di sekitar sungai/laut. Dengan catatan, ada akses yang baik untuk nelayan mendatangi kapal dan melakukan aktivitas lainnya.
Burhan mencontohkan di desa kelahirannya Masbangun. Ada 2 titik pembangunan pintu klip di parit yang merupakan akses bagi kapal-kapal nelayan. Agar masyarakat/nelayan mudah mendatangi kapalnya, di bangun jalan menuju ke dermaga nelayan.
Burhan sering menyampaikan persolan ini ke dinas terkait ketika rapat kerja. Dia tak mengerti juga, sampai hari ini usaha dinas terkait memaksimalkan tanggul yang ada masih minim. Kadang justru membangun saluran/tanggul-tanggul baru. Sampaikan kapan pun, cara seperti ini tidak akan memberikan dampak yang berarti buat masyarakat. (Ham/Has)