Obrolan Warung Kopi Bersama Gadis Belia 14 Tahun
“Putus Sekolah Lantaran Ekonomi & Motivasi “
“Saye tak sekolah karene saye mau cari kerje bang”. Itulah kalimat kunci mati dari Erna 14 tahun yang bekerja di salah satu warkop Sukadana. Beberapa kali kami bertanya jawabannya tetap seperti itu. Ia kukuh dengan niatnya sehingga ia akhirnya di terima bekerja di warkop tersebut.
Yang menarik dari gadis belia berwajah bulat berkulit putih ini adalah bagaimana ia justru memilih Bekerja bukan malah sekolah. Pasalnya seusianya yang masih belia dimana masa ia harus belajar dan berinteraksi dengan teman sebayanya, justru ia saat ini malah bekerja mencari penghasilan walaupun hasilnya pas pasan untuk kebutuhannya sendiripun itu mungkin juga tidak cukup. di tambah lagi waktu kerjanya yang panjang dan padat, mulai start jam 05 pagi ia sudah mulai bekerja sampai jam 12 malam, begitu seterusnya setiap hari.
Kabar baiknya ia di warkop tersebut memang on time, dan sekedar hanya membuatkan kopi atau jamuan lain, tidak lebih. Sehingga ia tidak memiliki kesempatan bergaul bebas sebagaimana anak luar rumah yang tak terkendali. Tapi kembali lagi sangat di sayangkan ia tak mau sekolah hanya karena pundi pundi rupiah yang tak seberapa bagi kita namun baginya cukup berarti.
Menurutnya sekolah tidak terlalu penting, sehingga ketika tamat Sekolah Dasar ia langsung saja bekerja. Ketika kami tanya tentang bagaimana orang tuanya, ia jawab justru orang tuanya mendukung jika ia bekerja.
Alasan utama yang membuat ia bekerja, intinya adalah Ekonomi dan kurangnya motivasi dari orang tua tentang arti pentingnya pendidikan. Ironisnya yang putus sekolah bukan hanya ia tapi juga adiknya yang masih SD, dan juga beberapa temannya yang berasal dari golongan ekonomi tidak mampu.
“ Yang penting udah pandai bace Tulis yak udaham bang, sekolah tinggi tinggi pon belum gak tentu jadi pegawai”. kalimat itu sangat dalam, apalagi terlontar dari seorang gadis cilik penjaga warkop. Masing masing kita dapat menafsirkan sesuka kita dari statetmen polos gadis tersebut, ada apa dengan kita ?. ada apa dengan pola fikir masyarakat ?. dan sejauh mana kepedulian kita terhadap anak anak yang perlu hak pendidikannya ?.
Di sadari atau tidak saat ini angka anak putus sekolah khsusunya di kayong utara memang sudah tidak setajam ketika masih menginduk dengan kabupaten ketapang. Di tambah lagi dengan program pendidikan gratis yang saat ini di gulirkan. Tapi sayang masih ada yang tidak memanfaatkan program super peduli dari pemerintah kayong utara ini. Lalu apakah serta merta kita menyalahkan yang tidak mau sekolah ?.. apakah pemerintah hanya menyediakan program pendidikan gratis, lalu cuke bebek dengan mereka yang tak mau sekolah. ?. jawabannya panjang dan cukup kompleks, tapi muara solusi dan jawabnnya ada pada kita selaku pibadi dan warga negara serta para pemegang kebijakan.
Harapan kita bersama semoga semua pihak terkait agar dapat membuat program bagi anak yang putus sekolah lantaran Ekonomi & Motivasi untuk maju dengan memberikan kontribusi kepada anak-anak yang putus sekolah ini minimal memberikan motivasi, pencerahan/pengertian, & sosialisi kepada Orangtua anak serta anak itu sendiri, bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan masa depan. (IR/13/12/2013)