PROYEK untuk 2014
Tanggal 9 April 2014 adalah jadwal Pesta Demokrasi yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat. Pesta yang dihela 5 tahun sekali ini tentu menyita banyak waktu dan uang, utamanya buat Calon Legislatif (Caleg) itu sendiri. Tak tanggung-tanggung, ada caleg yang telah menyiapkan ratusan bahkan miliyaran rupiah untuk modal kampanyenya.
Sebanyak 12 parpol yang ikut pemilu tahun ini (NasDem, PKB, PKS, PDI-P, Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP, Hanura, PBB dan PKPI) menyatakan siap bertarung dalam perang partai 2014 mendatang. Agresi dan amunisi perang pun telah ditetapkan setiap partai. Siapakah yang bakal jadi pemenangnya? Kita tunggu nanti. Yang pasti kita berharap, pemenangnya bukanlah tikus-tikus congek.
Gawai 2014 bukan hanya pertarungan calon saja, namun menjadi arena bagi pertarungan Partai Politik (Parpol) pula. Parpol yang tak masuk Parliamentary Threshold (PT) 3,5 % secara nasional akan gugur. Disinilah pertarungan sengit politik itu digemboskan para elitnya. Dan pertarungan selanjutnya ialah merebut kursi presiden.
Menghadapi gawai akbar tersebut, berbagai paket pemilu sudah dipersipkan parpol dan calonnya, mulai dari paket dana, paket sarana prasarana hingga paket busana. Bagi parpol yang tak memiliki kursi, caleg berduit dan big boss sebagai tulang punggung partainya sedikit mengkerutkan dahi. Pasalnya kalkulasi financial yang dibutuhkan cukup tinggi, sehingga tidak berani berspekulasi terlalu tinggi pula. Syukur-syukur masih ada masyarakat yang memiliki naluri nabiyah yang ikhlas memilihnya tanpa iming-iming materi. Tapi masih adakah? Karena antara pemimpin dan masyarakat – masyarakat dan pemimpin saat ini laksana dua sisi mata uang. Baca juga http://wartakayong.wordpress.com/2013/10/27/krisis-multi-demensi-berlanjut-kesalahan-itu-kita-yang-memulainya/
Perlu diwaspadai, Tahun Anggaran 2014 menjadi moment penting bagi elit politik yang duduk di parlemen dan ekskutif saat ini. Praktik bermain di anggaran/penganggaran pun bisa terjadi. Akan ada tawaran program-program bansos, proyek aspirasi (dewan) dan berbagai paket proyek menarik lainnya ditawarkan secara langsung ke masyarakat. Dan itu telah terjadi pada Tahun Anggaran 2013 yang sedang berjalan. Kerena dari hasil berbagai survey menunjukkan bahwa kebocoran anggaran saban tahun itu terjadi pada saat pembahasan dan penetapan anggaran antara ekskutif dan legislatif. Disinilah dualisme kepentingan lembaga dan individualisme itu diperdebatkan atas nama rakyat. Dan permainan selanjutnya ada pada lembaga masing-masing dan individu masing-masing sebagai actor pelaku dilembaganya.
Yang membuat kita kecewa, banyak proyek aspirasi yang masuk ke desa kadang tidak sesuai dan jauh dari hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang setiap tahun diselenggarakan desa. Seharusnya, jika ingin memasukan program/proyek, dasarnya harus mengacu pada draf Musrenbangdes sebelumnya, karena draf tersebut merupakan dokumen resmi yang selalu disampaikan desa ke perwakilannya yang ada di parlemen. Namun sepertinya tidak digubrik. Pada hal dokumen musrenbangdes tersebut dirumuskan Pemerintahan Desa berdasarkan hasil musyawarah desa yang dihadiri setiap elemen masyarakat yang ada di desa tersebut, artinya ini benar-benar aspirasi masyarakat. Sedangkan aspirasi dewan, belum tentu aspirasi masyarakat.
Mengapa dewan kurang respon atas dokumen Musrenbangdes yang disampaikan kepadanya? Sebab dokumen musrenbangdes adalah dokumen resmi yang ditetapkan oleh Peraturan Perundang-Undangan, dan ini pula menjadi dasar ekskutif dalam menetapkan pembangunan yang ada. Jika ini sepenuhnya direspon atau dipakai dewan dalam pembahasan anggaran maka dana tambahan dari fasilitas dana aspirasi mereka yang telah ditentukan jadi hilang. Disinilah game itu dimainkan. Sebab sudah menjadi rahasia umum, bahwa dewan yang mengiring/menitif proyek aspirasinya ke dinas/instansi akan mendapat 10 % dari total anggaran setiap 1 item proyek aspirasi dari dinas/kontraktor pelaksana. Dinas/instansi pun demikian. Inilah paket sarana prasarana yang saya maksud. Jika dikaitkan dengan persiapan gawai 2014, tentu ini merupakan modal tanpa modal.
Ini merupakan segelumit cerita dari perjalanan demokrasi kita. Mengapa tema ini saya angkat? Agar menjadi pelajaran buat kita semua, pelajaran buat dewan yang ada dan akan mencalon lagi, pelajaran buat caleg yang baru agar bisa menjadi bahan evaluasi ketika mereka duduk di parlemen 2014 – 2019 nanti. Karena inilah harapan besar bangsa ini. Demokratisasi semakin membaik karena para caleg dan elit partainya akan dan telah memulai melakukan cara-cara berpolotik santun, bermartabat dan memberikan pendidikan politik yang terbaik buat masyarakatnya, sehingga melahirkan Indonesia yang bermartabat dan terbebas dari berbagai krisis yang terjadi saat ini. Dan semoga 2014 – 2019 terlahir dari rahim demokrasi kita anggota dewan dan pemimpin bangsa yang aspiratif dan berakhlak mulia. Semoga saja, amin. HAsAnAN 03/11/2013.