Mitos Sial Kematian Kucing Bagi si Penabraknya
Oleh: Hasanan
Satu lagi kisah menarik dari masyarakat Kayong khususnya. Kisah ini masih erat kaitannya dengan mitos yang lazim dipatuhi oleh orang-orang tertentu, yang kebenaran dan dasarnya tidak jelas. Anehnya mereka sangat meyakini bahwa hal tersebut akan membawa bala/sial jika tidak dilaksanakan. Kisah ini bisa saja terjadi pada orang terdekat kita, teman, keluarga, orang lain atau bahkan kita sendiri. Penasaran? Simak saja selengkapnya!
Sebut saja si Udin, bukan nama sebenarnya. Dalam perjalanan pulang dari Teluk Batang ke Sukadana, dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam tiba-tiba ada seokor kucing melintasi jalan dan secara kebetulan menabrak roda motor yang dikendarai si Udin. Kejadian tersebut tepatnya di desa Pemangkat. Singkat cerita si Udin jatuh dan nyasar ke pinggir jalan. Kendati si Udin tidak apa-apa dan hanya luka lecet biasa, namun kuncing yang tertabraknya mati di tempat.
Terpikirlah di benak si Udin bahwa nabrak kuncing akan membawa sial dalam hidupnya, apa lagi jika tidak dikuburkan dengan dibukus pakaian yang melekat pada badan dia saat itu. Singkatnya, si Udin melepaskan kaos yang melakat di badannya untuk dibungkuskan ke kucing tadi, dan selanjutnya si Udin menguburkan kucing tersebut di sisi parit di pinggir jalan di tempat kejadian berlangsung. Alhasil si Udin pulang tanpa pakaian yang utuh walaupun masih ada jaget yang membalut tubuhnya. Apa boleh buat, kaos cressida yang baru dibeli si Udin beberapa hari sebelumnya melayang dan terkubur bersama kucing. Untungnya si Udin masih punya jaget, kalau tidak, mungkin si Udin pulang bisa tanpa baju.
Benar, cerita si Udin di atas cuma cerita fiksi (perumpaan/contoh) semata. Namun cerita yang mirip dengan cerita si Udin ini sering terjadi dalam masyarakat kita. Entah dari mana asal-muasalnya dan siapa yang pertama memulainya, yang pasti cerita ini seperti pemali (pantangan) yang harus dilaksanakan sebagian masyarakat kita. Jika tidak dilaksanakan maka bala akan menimpa kita. Demikian pengakuan dari beberapa orang yang pernah mengalami peristiwa ini.
Benarkah membiarkan kuncing yang kita tambrak mati tanpa dikubur dengan pakaian yang kita pakai akan membawa bala/sial dalam kehidupan kita? Tegas penulis katakan, tidak benar! Sebab ini pun sering terjadi pada penulis dan penulis tidak pernah melakukan apa yang dilakukan oleh si Udin. Paling-paling penulis buang bangkai kucing tersebut dipinggir jalan agar tidak menganggu dan membuat jijik orang-orang yang lewat. Kenapa penulis tidak melakukan seperti yang Udin lakukan? Selain dasarnya yang tidak jelas, juga bisa merusak aqidah kita. Alasan lain dapat anda temukan dalam tulisan berikut ini: http://wartakayong.wordpress.com/2013/10/31/fenomena-pusa-dan-kempunan/.
Logikanya, tak ada satu orang pun yang ingin menabrak binatang pada saat mengendarai kendaraan, apa lagi menabrak manusia, kecuali orang mambuk. Karena hal tersebut membahayakan keseimbangan dan dapat menyebabkan kecelakaan. Yang sering terjadi malah binatang tersebut yang kadang melintas dan nabrak kendaraan kita, itu artinya hal yang bukan kita sengaja. Lalu apa hubungannya dengan sial? Mengapa harus pakaian yang menjadi kain kapan kuncing tersebut? Apakah pakaian tersebut akan bisa menutupi keapesan/kesialan yang akan dan telah menimpa kehidupan kita? Tentu tidak bukan?
Hakikatnya sial atau apes yang terjadi pada diri kita, itu akibat ulah kita juga. Biasanya sih gitu. Kalaupun kecelakaan itu terjadi pada saat kita menabrak kucing, itulah apesnya kita, jadi tak hubungannya antara pakaian dengan kucing yang mati ditabrak. Dan bisa jadi itu teguran dari Tuhan melalui binatang buat kita, atau bisa juga ujian buat orang yang beriman, bahkan bala bagi orang yang suka berbuat aniaya, zalim atau maksiat, kata ustadz sih. Tentu ini tergantung kodisi diri masing-masing dalam menyikapi setiap musibah.
Benar atau tidak, wallahu a’lamu. Ini hanya opini penulis semata. Tapi penulis meyakini betul bahwa tidak ada hubungannya antara kematian kucing, pakaian dan sial yang terjadi dalam kehidupan kita. Keyakinan ini bukan tanpa alasan, tapi telah penulis buktikan dari beberapa peristiwa yang sama penulis alami sendiri. Tak ada cerita bagi penulis melakukan apa yang dilakukan si Udin, apa lagi harus memandikan benda mati (kendaraan) tersebut dengan air doa selamat dari imam/ustadz, tak ada hubungannya kan? Alhamdulillah penulis tidak apa-apa. Bagi penulis ini hanya sebuah mitos belaka yang harus kita kaji dan pikirkan kembali kebenaranya.
Hanya konsentrasi dan kehati-hatianlah yang membuat orang selamat dalam berkendaraan. Jika kita sudah konsen dan hati-hati masih juga dilabrak orang atau binatang, atau bahkan kita sendiri yang nabrak secara tiba-tiba, itu baru bisa dikatakan musibah. Jadi tidak ada kaitannya dengan kematian kucing yang kita tabrak dengan pakaian kita sebagai kapan pembungkus penguburan kucing tersebut. Masih kurang percaya? Buktikan saja! Sebab saya telah membuktikannya. Insya Allah, Allah bersama kita dan akan menyertai keyakinan kita akan kebesaranNya●