Potret Perjuangan Petugas Pemdam Kebakaran Di Kabupaten Kayong Utara Saat ini

Saat ini bebeberapa wilayah di kayong utara rawan terhadap bahaya kebakaran lahan dan hutan, tak banyak masyarakat yang tahu orang-orang yang bekerja di balik itu untuk memadamkan api agar udara tetap sehat tidak terkena kabut asap.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten kayong utara dengan Manggala Agni sebagai ujung tombak pemadam kebakaran adalah salah satu aktor belakang layar yang sangat berperan menanggulangi bencana berupa kebakaran tersebut, selain itu juga di dukung oleh lembaga lain serta Pemerintah Desa dan masyarakat dalam menangani kebakaran hutan dan lahan.

Di saat musim kemarau seperti ini peran mereka sangat di butuhkan, pada tahun 2019 ini kemarau sudah berjalan dari mulai bulan juni hingga awal agustus, artinya sudah satu bulan  kemarau berlangsung dan saat ini sudah mulai ada beberapa titik api yang hidup.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten kayong utara, Muhamad Oma melewati saluran telpon menjelaskan bahwa untuk hari ini tanggal 5 Agustus  2019 ada 5 titik api dengan lokasi yang berbeda beda, ada di kecamatan sukadana dan kecamatan simpang hilir.

Oma, sapaan akrabnya mengisahkan perjuangan dari para relawan dan pekerja pemdam kebakaran tak mengenal lelah bahkan waktu, ”siang dan malam mereka terus bekerja demi memadamkan api, untuk personil inti kami dari BPBD hanya ada 14 orang sednagkan di kabupaten lain jumlahnya bisa ratusan, tentunya hal ini membuat kami kawalahan apalagi dengan titik yang berbeda beda “. Ungkap oma menjelaskan

Namun demikian dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan ia tetap berkomitmen untuk bekerja semaksimal mungkin serta berharap kepada semua fihak dapat menjaga agar tidak ada aktifitas pembakaran lahan di musim kemarau ini.

“ saya meminta kerja sama dari berbagai fihak untuk mencegah kebakaran hutan serta lahan, sebab tanpa kerja sama yang baik antar semua pihak kami dari BPBD tidak bisa berbuat banyak, di tambah lagi dengan perlatan dan sumber daya kami yang memang kurang memadai”. Tandas oma

Kepada pihak desa yang belum memiliki alat pemadam kebakara ia juga berharap dapatlah kirannya menyisihkan sedikit dari anggaran dana desa meraka sekedar untuk membeli alat yang sederhana. “sebab  bila terjadi kebakaran dalam waktu yang bersamaan takutya kami saat ada di titik yang lain tidak bisa cepat maka alat yang ada bisa dapat di pakai sementara dulu “. Jelas oma.

Sejauh pantaun di lapangan, Ada juga beberapa petugas dari aparat TNI dan POLRI serta masyarakat yang memang standbay di lapangan di setiap kecamatan,  tugas mereka  memantau titik api dan melakukan koordinasi dengan berbagai fihak dalam memadamkan kebakaran.

Sampai dengan saat ini, para pekerja pemadam kekabaran masih berjibaku untuk memadamkan titik api di beberapa wilayah di Kayong utara. Seperti tadi malam ( 5 agustus 2019 ) misalnya terjadi kebakaran di titik terakhir penjalaan, karena titik apinya masih ada maka para petugas masih melakukan pemantauan secara intensif.

Panas terik. Aroma lahan terbakar begitu menyengat. Tanah yang didominasi gambut masih terasa hangat bahkan panas saat diinjak meski telah menggunakan sepatu tebal adalah hal yang biasa di lakukan oleh para petugas.

Belum lagi Debu yang  seketika menyeruak bisa memedihkan mata. Harus berhati-hati saat melangkah karena masih menyisakan banyak bara di mana-mana.

Selain itu Tim juga harus memerhatikan arah angin, karena asap yang menyelimuti lokasi membuat jarak pandang begitu terbatas. Terkadang angin bisa saja membuat jilatan api berputar mengelilingi mereka.

Lahan yang terbakar dan sulit di dapadamkan adalah lahan gambut, sebab bisa saja api di atas sudah padam namun di bawahnya masih hidup sehingga memicu kebakaran berikutnya. (MH /06/08 / 2019 )

Komentar