Menakar Rugi, Akibat Kebakaran Lahan di Kayong Utara

*kebun sawit di desa penjalaan kayong utara yang terbakar.

* Catatan Musim kemarau tahun 2019 .

Kemarau tahun ini memang tidak se ekstrim pada kemarau sebelumnya,  kemarau terparah sepanjang hidup penulis pernah terjadi di era tahun 1995, saat itu kurang lebih 9 bulan lamanya tidak pernah terjadi hujan sama sekali. Lalu setelah itu hingga kini rutinitas  kemarau belum pernah hingga separah tahun itu.

Khusus di wilayah Kabupaten Kayong Utara, kemarau yang baru menginjak 2 bulan ini sudah sangat meresahkan masyarakat, sebab sebagian besar warga kesulitan dalam pemenuhan air bersih serta mudahnya lahan yang terbekar akibat kekeringan.

Menurut pemantauan di lapangan dan sumber dari Badan penanggulangan bencana daerah BPDB Kabupaten kayong utarasetiap hari rata rata ada 3 sampai 6 titik api di beberapa wilayah yang berbeda yang ada di kayong utara.

Dari sekian titik api tersebut para petugas pemdam kebakaran tentu sangat kwalahan, karena posenil BPDB inti hanya 4 orang.  Namun untungnya mereka di bantu oleh satgas KARHUTLA dari pusat yang terdiri dari unsur TNI POLRI serta masyarakat, yang juga synergy dengan  dinas instansi lainya serta pihak desa. Di sisi lain walau usaha meraka telah maksimal namun  juga tidak dapat menyelamatkan semua lahan yang terbakar api.

Di tambah lagi lahan yang sulit di lalui dan kondisi gambut serta peralatan yang kurang memadai, sehingga memperlambat tim pemdam kebakaran untuk melawan ganasnya api.

Lalu berapa kalkulasi rugi dari sekian banyak lahan yang terbakar di kabupaten kayong utara ?. untuk saat ini mungkin terlalu dini bicara kerugian akibakat kebakaran lahan, sebab perhitungan dan data memerlukanm waktu yang panjang. Akan tetapi setidaknya dari kalkulasi kerugian tersebut kita dapat bercermin dan berencana untuk persiapan ke depan jika terjadi kemarau bagaimana suapay tidak terjadi kerugian lagi.

Kita coba hitung kerugian melalui satu sampel saja yakni peristiwa kebakaran lahan dan kebun di Desa Penjalaan. Menurut pengamatan serta pernyataan warga saat kami di lapangan bahwa saat ini ada kurang lebih 30 hektar lahan dan kebun yang terbakar.

Kemudian dari 30 hektar lahan tersebut adalah kebun kelapa sawit, sebagian ada yang sudah produksi dan ada yang belum dan sebagian lagi adalah masih semak belukar. Satu hektare menurut mereka di hargai 30 juta jika sudah produksi, sekarang rata rata kita hitung rata per hektare di hargai 15 Juta di kalikan dengan 30 Hektare adalah 450 juta.

Angka yang fantastis yakni 450 juta kerugian dari warga , Bisa di bayangkan bagaimana jika kita yang memiliki kebun tersbut lalu kebun kita terbakar ?. betapa menderitanya karena kehilangan sebuah harapan, sebab sekian lama menunggu berharap hasil tanam berbuah menjadi rupiah, namun tiba tiba harapan pun pupus karena kebun pun sudah terbakar hangus.

Kerugian materi dengan angka 450 juta itu baru satu desa, ini belum lagi merambah di desa lain di kayong utara. Saya tidak mau berspekulasi lebih jauh soal kerugian materi ini, yang jelas dampak begitu terasa ada di lapisan masyarakat bawah.

Jika di lihat dari sisi musibah kita sepakat tidak akan  menyalahkan siapapun saat ini, namun sebagai koreksi ke depan bahwa kita bersama berharap agar hal ini tidak boleh terjadi lagi. Dan jika terjadi harus ada gerak cepat agar tidak terjadi lagi kerugian materi yang dapat melemahkan ekonomi arus bawah.

Memang butuh sunergy semua pihak untuk dapat memahami serta menyikapi musaibah seperti ini, dari mulai masyarakat dan warga yang harus sadar akan bahaya api untuk tidak sembarangan membakar api serta selalu memberishkan lahan mereka agar tidak mudah terbakar.

Kemudian pihak pemerintah dari berbagai instansi terkait mesti duduk bersama saling koreksi masing masing mengenai kekurangan yang mereka miliki sesuai tugas pokok dan fungsi, sehingga bila terjadi kebakaran mereka sudah siap bertempur.

Begitu juga dengan aksesibiltas di lapangan, selain jalan juga sumber air untuk pemadaman yang terkadang sulit di dapatkan, karena parit mengering. Maka sebagai bentuk pencegahan harusnya sungai harus di dalamkan. Maka rekomendasi ke depan bila ada proyek saluran pembuangan air atau galian parit cacing jangan di lakukan tanggung tanggung lagi sebab asas manfaatnya tidak ada sekali pada saat musim kemarau, justru di lahan gambut galian parit caing malah membahayakan sebab mengakibatkan lahan menjadi lebih kering.

Jikalau memang ada proyek galian parit , hendaknya betul batul paritnya dalam dan jangan kepalang tanggung. Sebab di saat musim kemarau selain digunakan sebagai menyiram tanaman dan memadamkan api juga dapat menjaga kelembabapan tanah sehingga tidak begitu kering.

Demikianlah catatan kemarau tahun 2019 ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

MIFTAHUL HUDA 19 Agustus 2019.

Komentar