POLITISI KAYA, BOLEHKAH?

Takdir seseorang memang tak ada yang tau, sang khaliq telah menuliskan semuanya kemudian menjelma menjadi jalan hidup orang tersebut. Ada yang ditaqdirkan kaya, mudah dalam segala hal.Ada yang dituliskan miskin, susah jadi makanan hari-hari.Ada yang kadang kaya, kadang susah. Begitulah Yang Kuasa menunjukan kekuasaannya, bahwa Dia berkuasa untuk menciptakan segala sesuatu, teermasuk kaya dan miskin tadi( begitulah kira-kira penjelasan pak Ustad ketika tausiah disurau di Dusun ku).
Jadi, tak ada yang salah dengan status kaya itu. Itu anugrah. So, bagaimana dengan Politisi, bolehkah ia kaya? Berdasarkan tausiah tadi tentu tidak salah.Toh itu kan sudah taqdirnya. Bukan dosa tentunya. Lalu, pak ustad melanjutkan, ujian nikmat jauh lebih berat. Nah, disini letaknya barangkali.
Menjadi politisi kaya, akan melekat terhadapnya 2 hal, pertama politisi, dan yang kedua Kaya.
Ketika menjadi politisi, ada hak dan tanggungjawabnya.haknya, tak usah kita bahas.Tanggungjawabnya? Tanggungjawab politisi kebanyakan tanggungjawab yang dibuat sendiri.Dibuat saat kampenye berupa janji-janji. Bukankah janji adalah hutang?.Hutang yang harus dibayar ketika didunia, dan dipertanggungjawabkan ketika kelak di hadapanNYA. Tentu tak mudah mewujudkan janji-janji itu, karena arena politik penuh dengan trik dan taktik. Banyak kepentingan yang bergulat dalam setiap kebijakan. Menjadi wajar kalau akhirnya janji-janji itu akhirnya terbengkalai. Manusiawi. Lalu bagaimana selanjutnya karena itu jadi utang? Rasanya ketika semuanya dijelaskan dengan seterang-terangnya kepada manyarakat pemilih, mereka akan mahfum. Ada upaya tuk perjuangkan janjinya. Tapi yang kadang muncul, tak ada kabar beritanya. Dan ketika massa bertanya, berkelit jadi jurus utama. Yang lebih parah, publik yang bertanya malah dicap sebagai ‘cerewet’, ‘tak ngerti’, atau malah ‘pembangkang’, ‘kurang kerjaan’ dsb. Ketika anda berhutang, lalu ditagih adalah sesuatu yang lumrah bukan?.
Setelah jadi politisi, biasanya akan hadir taqdir lainnya, yakni Kaya. Kita jangan bahas bagaiman bisa kaya. Tak elok rasanya. Tapi bagaimana mestinya orang kaya berlaku, itu yang kita bedah. Tak ada yang bisa menggugat atas kekayaan seseorang. Namun, saran pak ustad, diantara kekayaan itu tertitip hak orang lain. Hak yang berupa materiil, juga dalam bentuk moriil. Hak Materiil paling tidak ada hak atas 2,5 % yang diisyaratkan. Hak moriil, bagaiman dengan kekayaan kita, yang miskin tak tertekan. Bukan soal dengki, tapi bagaiman menjaga perasaan mereka, hingga tak terlalu merasa miskin dengan kekayaan kita. Pandai membujuk hati mereka dengan tidak memamerkan kekayaan yang dimiliki.
Alhasil, silakanlah kaya para politisi, tapi tetap jagalah hati, jagalah sikap dan jagalah janji. Sehingga berikutnya tak perlu lagi over acting digelanggang untuk menang. Istiqamah,Sikap ramah dan kemurahan hati adalah modal kampanye yang berharga. Dunia kadang menyilaukan…

Pontianak,120412

Sumbber : saleh salehan di  http://www.facebook.com/groups/101940266601132/149888058473019/

Komentar