BANJIR SAMPAH DAN HUJAN GENANGI MELANO


Bak sampah di Pasar Teluk Melano kelihatannya tak berfungsi sebagimana fungsinya. Apakah salah pemerintah, menyediakan tempat sampah tapi tidak menyediakan mobil pengangkut dan tenaga kebersihannya? Atau salah masyarakat setempat kerana kesadarannya sangat minim, asal buang sampah saja tanpa memikirkan resikonya?

Sepatutnya tak ada yang perlu disalahkan atau dinyatakan benar diantara keduanya. Bisa juga kedua-duanya dikatakan sama-sama bersalah atau sama-sama mau benar sendiri. Terlepas dari semua itu, sampah tetaplah sampah, yang mengandung berjuta kuman dan wabah penyakit. Yang merusak lingkungan, keindahan dan menyumpat penyaluran. Jika sampah-sampah tersebut banyak mengandung bahan-bahan nonorganik seperti kertas, plastik, kaca dan lain-lain tentu akan merusak lapisan tanah yang tentu berpotensi besar sebagai penyumbang pemanasan global. Selain itu kesuburan tanah menjadi hilang akibat struktur tanah telah mati sebah bahan-bahan organik dan bakteri pengurainya telah dirusak bahan-bahan nonoragnik tersebut, dan tentunya kita tidak akan bisa menghidari dari petaka banjir kendati banjir kecil. Tetapi bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan menjadi musibah banjir yang besar. Lain ceritanya dengan sampah organik, ia bisa menjadi pupuk yang meyuburkan tanaman.

Melano atau Teluk Melano, adalah salah satu kota kecil yang ada di Kabupaten Kayong Utara (KKU), kota Kecamatan Simpang Hilir. Namun kondisi kota kecil ini layaknya kota besar yang kumuh dan tak terurus. Jika hujan menguyur kota ini, genangan air yang menutupi badan jalan menajdi pemandangan yang tak asing lagi. Pada hal di kota ini ratusan pengusaha bercokol. Menjadi tidak wajar, deretan bangunan rumah walet berdiri megah disini, ratusan jumlahnya. Namun untuk urusan drainase/pengairan dipingir jalan dan sampah saja tidak terurus. Apakah kita harus menunggu pemerintah dulu yang membangan, pada hal itu dapat kita lakukan? Atau anda berpikir, sebagai pengusaha kami telah melaksanakan kewajiban kami membayar pajak saban tahun ke pemerintah, dan kini giliran pemerintah yang memenuhi hak kami. Sah-sah saja jika anda pendapat demikian. Namun pemerintah juga tidak harus memikirkan satu permasalahan/pembangunan yang akan dilaksanakan, banyak hal-hal prioritas lainnya yang harus didahulukan pemerintah ketimbang sampah, (hmmmm….).

Menurut penuturan warga setempat ketika bang UT berkunjung ke Teluk Melano, saat hujan menguyur desa kami, jalan pasar Melano akan tergenang air berjam-jam bahkan berhari-hari. Pada hal jika kepedulian pengusaha/pemilik pasar Melano itu tinggi, untuk membangun selokan/saluran di depan toko meraka masing-masing saja tak harus menghabiskan dana berjuta-juta, Rp. 500.000,00 pun dipastikan cukup asal penghuni pasar kompak. Akibat genangan air tersebut jalan pasar jadi rusak, pada usianya belum begitu lama. Kemudian masalah sampah, andai saja puluhan pemilik toko/jasa yang ada di pasar Melano ini kompak iuran Rp. 10.000,00/pintu/bulan untuk biaya memgaji 1 satu orang saja tenaga kebersihan pasar, mungkin kondisi pasar Teluk Melano tidak seperti ini. Tapi pemilik toko yang ada seakan-akan takut mengluarkan sejumlah uang tersebut untuk kepntingannya sendiri, dia tidak khawatir bahwa hal tersebutpun berdampak negatif pada lingkungannya dan kenyamanan konsumennya. Kenyamanan konsumen/pelanggan kita kan rejeki juga buat kita, ungkap warga Melano yang tak mau mencamtumkan namanya.

Semua orang pasti sependapat bahwa pasar adalah pusat perekonomian dan kota disuatu daerah. Nah, jika kondisi pusat perekonomian dan kota tersebut kumuh maka kesan dan pertanyaan yang muncul dalam benak kita, Pemerintahkan yang tidak peduli atau kesadaran masyarakat dan pemiliki pasar yang sudah lenyap? Jawabnya tanya diri kita masing-masing, upaya apa yang sudah maksimal kita lakukan untuk mengatasi permasalahan di daerah kita sendiri?

Disisi lain, seharusnya pemerintah pun tanggap dan peka menyikapi persoalan ini, bukan malah tutup mata dan tutup telinga. Jika anggaran yang dimiliki pemerintah daerah terbatas untuk kegiatan seperti itu kerana ada kegiatan yang paling prioritas lagi, support dan dorong pemilik pasar atau masyarakat setempat untuk berpartisipasi/berswadaya untuk membangun selokan dan mengatasi sampah yang berserakan membanjiri jalan di pasar Melano, bukan malah terlena dengan kedudukan yang anda emban dan perjalanan dinas yang tak memiliki kontribusi positifnya untuk daerah anda. Sudah sepantanya itu tugas anda sebagai pemerintah, pelayak publik memberikan arahan, bimbingan, pelayanan dan memfasilitasi rakyat anda dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat. Kewajiban anda melayani meraka (masyarakat), bukan anda yang harus dilayani mereka.

Menyikapi masalah sampah di atas, mari kita tanamkan pada diri kita masing-masing, baik penguasa maupun rakyat jelata. Jadikan sampah yang berserakan dilingkungan kita sebagai musuh nyata bagi kita, yang dapat mengancam lingkungan dan keselamatan jiwa kita, bahkan keberadaan sampah tersebut jauh lebih prioritas dan penting dari pembangunan fisik yang kebayakan mubajir dan menjadi sarana bagi oknum pemerintah/pengusaha yang hanya ingin meraup keuntungan secara finansial. by. Ujang Tingang (edisi: 14/04/2012)

Sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=133593286765298&set=o.101940266601132&type=1&ref=nf

Komentar