Wacana pengmbangunan destinasi wisata baru yang ada di Gunung Lalang Desa Harapan Mulia ole Pemeirntah Daerah Kabupaten Kayong Utara menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pasalnya selain akan menjadikan objek wisata baru dengan di tanami bunga, Bupati Kayong Utara Berwacana Akan merubah nama gunung lalang menjadi bukit bunga.
Zainal sebagai kepala Desa Harapan Mulia saat di konfirmasi Via Wa pada tanggal 15 Juni 2020 menyatakan jika ia mendukung rencana baik pembukaan destinasi wisata baru tersebut, namun kaitan dengan penamaan yang membuat kontroversi tersebut ia akan merapatkan dulu untuk duduk satu meja dengan masyarakat serta bupati.
“ saya akan koordinasikan dahulu dengan aparatur desa serta BPD dan masyarakat agar duduk satu meja dengan pak Bupati membahas permasalahan ini “. Ungkap Zainal melalui pesan singkatnya.
Di samping itu Zainal juga mnegucapkan terima kasih buat masyarakat yang memberikan masukan dan kontribusinya demi pembangunan khususnya Desa Harapn mulia, ia butuh saran dan masukan sebagai upaya memacu kinerja untuk lebih baik ke depannya.
Sandi salah seorang pemuda Desa Harapan Mulia yang peduli dengan keberadaan gunung lalang secara langsung saat di konfirmasi juga tidak setuju dengan wacana perubahan nama gunung lalang menjadi bukit bunga.
“ Saya sebagai pemuda yang cinta akan sejarah tidak setuju dengan wacana perubahan itu oleh pak Bupati, mohonlah di pertimbangkan karena nama itu adalah nama yang bersejarah yang sudah ratusan tahun di titipkan dari nenek moyang kami “. Ucap Sandi .
Tanggapan yang lain dari Bambang Irawan atau yang akrab di sapa Akiak yang juga anggota dari Yayasan dasa Marga menyatakan bahwa ia juga menolak gunung lalang itu di rubah nama, sebab selain punya nilai historis menurutnya makam makam tionghoa disitu juga sudah ratusan tahun dan memiliki surat resmi.
“ saya menolak wacana pergantian nama itu dan jika memang akan di buka menjadi tempat wisata baru silahkan saja, akan tetapi dengan catatan para wisatawan harus di kawal sebab di takutkan terjadi hal al tidak di inginkan di areal makam itu”. tegas Akiak.
Ke khawatirannya tersebut bukan tidak beralasan sebab pada masa lalu pernah terjadi hal hal yang tidak di inginkan sehingga akhirnya pihak yayasan membuat pintu, jadi apabila para wisatawan, terutama yang mau niat Baik seperti zaiarah pasti minta kepada juru kuncinya, dan hal tersebut lazim di lakukan sebab di atas makam tionghoa di atas gunung lalang itu terdapat makam Keramat.
Dari beberapa sumber dan manuskrip bahwa nama Gunung lalang atau Bukit lalang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Gorge Muller yang pernah datang ke Borneo pada tahun 1822 mencatatkan nama Gunung lalang dalam sebuah catatan harian, bahkan ia memberikan deskripsi secara jelas bahwa bukit lalang merupakan bagian dari gugusan bukit laut yang di sebut membentang dari mulai gunung pelintu, mulia, pelerang dan tambak rawang.
Dalam catatan Gorge Muller yang juga di catat oleh PJ Vert dan di terjemahkan oleh P. Yeri dalam buku Borneo Bagian barat, secara jelas di sebutkan bahwa beberapa makam raja raja Tanjung Pura Era sukadana di makamkamkan di Bukit laut dan sekitarnya, satu di antaranya jelas di sebut di bukit lalang.
Sayangnya hingga saat ini penelitian mengenai Bukit laut dan juga makam yang ada di gunung lalang belum di lakukan secara serius oleh fihak terkait, hal ini di kahwatirkan semakin membuat kabur sejarah di masa lampau.
Nama Bukit lalang atau gunung lalang menjadi penting sebab menjadi salah satu simpul dalam Sejarah peradapan Tanjung Pura Era Sukadana, maka apabila nama itu betul betul di ganti ke depannya akan sangat menyulitkan bagi proses penelitian untuk mengungkap Sejarah Tanjung Pura Era Sukadana yang masih misteri. ( MH / 15 / 05 / 2020 ) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar