Ijul atau yang akrab di sapa Juminggu atas nama aktivis sosial masyarakat tidak setuju atas rencana perubahan nama Gunung lalang menjadi Bukit Bunga yang ada di Desa Harapan Mulia Kecamatan Sukadana Kabupaten kayong Utara.
Rencana perubahan nama ini akan di lakukan oleh Bupati Kayong Utara Drs Citra Duani. Ia sampaikan rencana itu melalui rilis berita resmi di fanspage Humas Pemerintah Kabupaten Kayong Utara pada tanggal 14 Juni 2020.
Perubahan nama itu berdasrkan atas rencana pemerintah daerah KKU untuk membangun objek wisata baru di Gunung lalang dengan menanami bunga yang sebelumnya di tumbuhi ilalang. Atas rencana tersebut banyak tanggapan yang beragam dari masyarakat khususnya netizen.
Salah satunya Juminggu HS, ia tidak setuju atas perubahan nama tersebut, pasalnya nama gunung atau bukit lalang ini sudah lama dan berusia ratusan tahun serta memiliki nilai yang sejarah.
“Silahkan pemerintah membangun objek wisata baru di situ, dan kami apresiasi karena akan mendatangkan penghasilan dan daya tarik bagi Desa setempat, tapi kaitan dengan nama jangan di rubah karena akan merubah alur sejarah yang telah tercatat pada masa lampau, dan ini fatal ”. Tegas Juminggu saat di konfirmasi Via WA pada 14 Juni 2020
Hal senada juga di ungkapkan oleh Mahesa salah seorang pemuda Anggota Pecinta Sejarah Tanah Kayong. Ia Tidak setuju atas pergantian nama tersebut sebab akan berpengaruh pada perjalanan sejarah ke depannya.
“ kalau tempat itu tempat biasa sih silahkan di rubah namanya tidak jadi soal, ini nama Gunung lalang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan tercatat di beberapa manuskrip, nanti bisa bahaya , apalagi sejarah tempat kita masih banyak belum terungkap”. Ucap Mahesa
Di sampaing itu Mahesa juga mengajak pada generasi muda untuk mulai sadar dan mencintai sejarah khususnya sejarah lokal agar kedepannya tidak kehilangan identitas, ia prihatin karena di Kayong Utara sendiri saat ini sejarah tanjung Pura juga masih belum terungkap secara keseluruhan, di tambah lagi kesadaran yang kurang, sehingga ke depannya ia khawatir sejarah itu akan terkubur dan hanya akan tinggal dongeng saja.
“ sebagai generasi muda hendaknya kita punya tanggung jawab moral terhadap keberlangsungan sejarah ini, agar kita tau asal usul dan kita tau identiatas kita, apalagi nama Tanjung pura ini adalah nama kerajaan besar , masa kita sendiri orang lokal tidak mau menghargai “. Pungkas mahesa.
Dari beberapa sumber dan manuskrip bahwa nama Gunung lalang atau Bukit lalang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Gorge Muller yang pernah datang ke Borneo pada tahun 1822 mencatatkan nama Gunung lalang dalam sebuah catatan harian, bahkan ia memberikan deskripsi secara jelas bahwa bukit lalang merupakan bagian dari gugusan bukit laut yang di sebut membentang dari mulai gunung pelintu, mulia, pelerang dan tambak rawang.
Dalam catatan Gorge Muller yang juga di catat oleh PJ Vert dan di terjemahkan oleh P. Yeri dalam buku Borneo Bagian barat, secara jelas di sebutkan bahwa beberapa makam raja raja Tanjung Pura Era sukadana di makamkamkan di Bukit laut dan sekitarnya, satu di antaranya jelas di sebut di bukit lalang.
Sayangnya hingga saat ini penelitian mengenai Bukit laut dan juga makam yang ada di gunung lalang belum di lakukan secara serius oleh fihak terkait, hal ini di kahwatirkan semakin membuat kabur sejarah di masa lampau.
Nama Bukit lalang atau gunung lalang menjadi penting sebab menjadi salah satu simpul dalam Sejarah peradapan Tanjung Pura Era Sukadana, maka apabila nama itu betul betul di ganti ke depannya akan sangat menyulitkan bagi proses penelitian untuk mengungkap Sejarah Tanjung Pura Era Sukadana yang masih misteri. ( MH / 15 / 05 / 2020 ) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar