KOPI PAHIT IDUL ADHA .........!

KOPI PAHIT IDUL ADHA
Candied & Aktivitas UTBK DAPAT UTO 2013
Seminggu menjelang lebaran Idul Adha 2013/1434 H, gula dipasaran langka. Menurut pantauan WK, di pasar Sukadana dan Teluk Melano serta di warung-warung pengecer di 2 kecamatan tersebut tak ada satupun toko/warung kelontong yang menjual gula.

Saat kami ngobrol santai dengan pak Kadir tokoh masyarakat Gunung Sembilan di warkop pasar Sukadana, WK sedikit berbincang tentang kelangkaan gula tersebut. Pak Kadir mengungkapkan, kelangkaan gula yang terjadi akhir-akhir ini bisa jadi permainan pasar untuk menaikan nilai jual. Baru kali ini, menjelang lebaran gula langka, ungkap pak Kadir.

Senada dengan pak Kadir, Jamhir pedagang kelontong asal desa Rantau Panjang mengemukakan hal sama. Saat WK temui tokonya ia mengemukankan bahwa kelangkaan gula tersebut kemungkinan akibat permainan pelaku pasar yang selalu mendatangkan gula asal Malaysia. Akibatnya kita masyarakat yang menderita dibuatnya.

Kelangkaan gula ini cukup mengejutkan masyarakat di Kayong Utara khususnya. Pasalnya gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari. Seperti penuturan beberapa orang pecandu kopi, sebut saja Uti Sumardi – Tokoh Masyarakat Harapan Mulia Kec. Sukadana, udah 3 hari ini saye cari’ gule kemane-mane tapi tak ade. Rate dah pasar/toko di Sukedane ni aku kelilingi e tapi payah ditemu, pening ga’am kepala ndak minom kopi ni, kalau pon ade biar mahal pon tepakse dibeli am, ungkap pak Uti dengan dialeg Melayu Kayongnya.

Hari ini (13/10) di pasar Tl. Melano terjadi antrian panjang. Pak Acak satu-satunya pemilik toko di pasar Melano yang menjual gula kewalahan melayani pembeli yang sudah lama mengincar gula. Setiap pembeli hanya dijatah 2 kg/orang. Alhasil, gula dari Jawa yang datang cuma 8 zak dalam hitungan menit ludes terjual, kata Budi pelayan toko pak Acak yang hari cukup pusing diserbu pembeli hari ini. Banyak diantara pembeli yang kecewa karena tidak mendapatkan jatah. Masih menurut Budi, harga jual gula tersebut pun dihraga Rp.15.000,-/kg, sebab gula tersebut didatangkan dari Jawa dengan stok terbatas dan harga yang tinggi pula.

Langkanya gula saat ini bukan karena permainan pasar untuk menaikan harga, namun akibat Polisi dan Disprindag aktif melakukan razia dan penyitaan puluhan bahkan ratusan ton gula elegal asal Malaysia yang beredar di kabupaten perbatasan hingga kota Pontianak, sehingga pelaku pasar yang selama ini tergantung dengan gula asal negeri jiran tersebut kehilangan stok. Dampaknya masyarakat yang menderita, sebab selain langka harganya pun meroket.

WK jadi teringat beberapa bulan yang lalu di Jalan Terus Landak Desa Rantau Panjang, sebuah truk bermuatan gula elegal Malaysia dini hari terguling di pingir parit. Lebih dari 100 zak gula larut dalam air parit, hanya sekitar 10 zak yang selamat. Hal ini terjadi akibat sopir asal Melawi yang baru kali pertama masuk KKU tak tahu petunjuk salah satu oknum tauke di pasar Tl. Melano, akhirnya truk dibawa nyasar masuk ke jalan tersebut. Alhasil jalan yang tak mampu menampung kapasitas truk yang bermuatan di atas 6 ton tersebut ambruk.

Kinerja Polisi dan Disprindag Kalbar saat ini patut kita apresiasi. Istitusi tersebut telah menunjukan kepada kita bahwa selama ini mereka bukan bungkam atas peredaran gula elegal tersebut, namun perlu strategis dan penanganan yang tepat, apa lagi yang mereka hadapi bahkan oknum personil mereka sendiri yang kadang bandel dalam menjalankan tugas di lapangan, internal mereka pun tentu perlu dibenahi, sehingga razia dan penyitaan benar-benar efektif.

Kendati disatu sisi meresahkan masyarakat akibat stok gula tidak ada, namun disisi lain memberikan peluang bagi petani tebu kita untuk memasarkan hasilnya. Selama ini gula asal Jawa tidak dianggap pelaku pasar dengan alasan kualitasnya rendah. Pada hal belum tentu gula Malaysia yang kelihatannya putih itu aman dikonsumsi masyarakat, bisa jadi putih karena menggunakan bahan kimia yang berbahaya, apa lagi datangnya secara elegal tanpa pemeriksaan. Harga gula Malaysia pun dipasaran sama dengan harga gula dari Jawa, kendati mereka (importir elegal) beli dari Malaysia dengan harga termurah.

Andaikan stok gula dari Pulau Jawa pun kosong dan terbatas, tentu perlu langkah-langkah strategis dari Pemerintah untuk mengatasi ini. Misalnya mensupport petani tebu yang ada dengan melakukan pembinaan budidaya berkelanjutan dan tidak hanya fokus di pulau Jawa, atau subsidi terhadap harga tebu, sebab harga jual tebu tergolong rendah bagi petani selama ini. Atau meningkatkan kerjasama bilateral antara Pemerintah RI dan Malaysia untuk mengatasi ini hingga impor gula dari Malaysia benar-benar elegal, tentu dengan tidak terlalu memberatkan pelaku usaha.

Masyarakat kecil hanya bisa berharap semoga kondisi ini segera teratasi. Hal ini tak boleh terjadi di negeri yang katanya tokat, kayu dan batu jadi tanaman, ungkap pak Uti Sumardi. Yang terpenting lagi, jangan sampai lebaran ini masyarakat KKU minom Aik Kopi Pait (Pahit), celetuk pak Uti sembari tertawa lebar. Hsn 13/10/2013.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama