Pada saat ini ketika saya sedang menulis artikel ini, sesungguhnya keadaan keuangan saya sedang memburuk, saving dana nyata tidak saya miliki padahal keluarga saya sedang dalam masa kesulitan. Anak ke dua saya sedang mengalami sakit sementara adik saya juga sedang memerlukan uang untuk biaya sekolah nya di jawa, (kalau di sini sih gratis), dan banyak lagi keperluan lain. Tapi entah mengapa masa masa seperti ini sudah terbiasa bagi saya, bahkan saya pernah mengalami masa masa yang lebih sulit dari pada saat ini. Perasaan saya masih belum terusik dengan keadaan ini, bahkan saya masih sempat melakukan aktivitas rutin, yaitu berinteraksi baik online maupun off line, dan menulis artikel yang saat ini sedang anda baca, mengenai On line hehhe, adalah bukan hal yang mewah saat ini, melainkan sudah merupakan kebutuhan. Anda mau tahu sebabnya mengapa saya masih saja santai dalam masa masa seperti ini ?.. baiklah saya akan paparkan secara detil.
Saya seperti saat ini masih tenang tenang saja karena say memiliki prinsip bahwa “uang bukanlah segalanya, dan segala nya tidak akan berarti jika uang sudah tidak akan ada harga nya lagi “. Silahkan anda renungkan kalimat saya tersebut. Saya sadar bahwa prinsip hidup tidaklah sama, begitu juga antara saya dengan anda, namun dalam hal ini saya hanya ngin berbagi cerita dan memberikan sedikit pemahaman bahwa sesungguhnya hart tidak akan ada artinya jika kita terlalu mendewa dewakan nya. Kenapa bisa begitu ?… begini mari kita lihat potret kehidupan saat ini, ungguh sangat menyedihkan kita khususnya sebagai bangsa indonesia adalah sebagai bangsa Pengkonsumsi yang nama nya “Tren”, dan Tren akan terus berevolusi dan kita sebagai bangsa pengkonsumsi juga terus mengikuti, tentunya dengan pola yang salah kaprah.
Fakta nya coba lihat di berbagai media berapa banyak dari segala sektor yang kita impor dari luar negri ?, apa penyebab itu semua ?, dan apakah kita tidak mampu memproduksi sendiri sehingga kita harus ketergantungan dari negara lain, bahkan sesuatu yang remeh temeh pun kita masih mengimpor dari luar negeri. Sungguh sangat bodoh dan sangat malasnya kita sehingga kita hanya bisa sebagai bangsa pengkonsumsi apa saja yang menjadi tren masa kini. Kalau sudah begitu silahkan anda jawab dengan jujur pertanyaan saya, “ siapakah yang di untungkan dalam hgal ini ?, silahkan jawab sesuai dengan fakta yang ada .
Hal ini akan lebih parah lagi ketika penyakit seperti ini menjangkiti para Birokrat atau pegawai negeri / pegawai pemerintahan yang notabene sebagai pelayan masyarakat. Tentunya dengan gaji mereka yang pas pasan sangat sulit sekali untuk mendapatkan lebih dan mengikuti perkembangan zaman yang semakin banyak kebutuhan. Secara perlahan akhirnya mereka para pegawai pemerintahan, terutama para pejabat elit yang kita tahu bahwa “gengsi” adalah bagian dari hidup mereka dan tidak dapat di pisahkan lagi. Dengan gaya hidup dan tuntutan terseut akhirnya mereka kemudian berkomplot dan memutar otak untuk bagaimana supaya dapat menghasilkan uang lebih dari Gaji yang mereka terima. Setelah kesepakan korupsi berjamaah, atau kalau istilah mereka adalah “bagi bagi rezeki” tercapai maka program selap selip dan jurus “sim salabim” untuk mengakali dana akhirnya mereka laksanakan dengan mulus. Dan yang lebih parah lagi hal tersebut merupakan suatu rahasia umum yang hampir seluruh pegawai pemerintahan tahu, sekaligus pernah merasakan uang hasil Korupsi berjamaah tersebut.
Kesimpulan saya, KKN tidak akan pernah bisa di brantas jika salah satu biang masalahnya yakni “ Penyakit Materialistis” tidak segera di hentikan. Karna dengan penyakit tersebut akhirnya semua orang memilki tolak ukur bahawa apa yang dikerjakan pada saat itu harus memiliki nilai materi, nah bagaimana bisa seorang pelayan masayarakat yang seharusnya memberikan pelayanan dengan mudah namun pada kenyatan nya bermalas malasn jika apa yang m ereka urus tidak mendatangkan uang.
Melalui artikel singkat ini, Saya hanya bisa berharap semoga Indonesia ke depan nya akan lebih baik dari pada saat ini. Amiin