Semua orang pasti sepakat bahwa Rumah Sakit atau yang biasa disingkat R.S. adalah rumah pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terganggu kesehatannya. Tak perduli apapun status social masyarakat tersebut yang pasti tak selamanya hidup mereka dianugrahi kesehatan, sakit pun bagian dari ujian Tuhan untuk memuliakan umatNya, menguji kesabarannya dan rasa syukur atas nikmat sehat yang dirasakan umatNya serta sakit ialah ialah sebuah renung manusia untuk mengevaluasi apa saja kebaikan yang ia lakukan dimasa sehatnya.
RS. Agoes Djam Ketapang Kalbar pun tak terlepas dari fungsinya sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat Ketapang dan sekitarnya. Namun sayang, dari dulu hingga sekarang pelayanan kesehatan di RS tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti, bahkan masih tampak semaraut. Tanggung jawab petugas kesehatan di RS Agoes Djam tak lebih dari sekedar menghalalkan gaji yang diterima pegawainya per bulan saja, namun pelayanan terhadap pasien masih tebang pilih. Buat orang tidak mampu pelayanan kesehatannya sangat jauh dari sempurna, sebab orang miskin hanya mengandalkan Jamkesmas/jamkesda sebagai alat pembaran yang memiliki batasan dalam pelayanan & obat-obatan yang layak dikonsumsi.
Pernah bang UT meneteskan air mata pada tahun 1997 yang lalu saat bang UT melihat pasein yang menderita tumor rahim dipermainkan pihak RS Agoes Djam Ketapang. Berdasarkan diagnosis awal tumor tersebut menurut keterangan dokter bisa diopreasi di Agoes Djam, tapi karena pasien tersebut hanya mengandalkan JPS (Jaringan Pengamanan Sosial) sebagai jaminan pelayanan kesehatannya waktu itu tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal dari pihak RS. Agoes Djam. Dengan berbagai alasan agar mereka (pihak RS) tidak repot-repot melayani pasein dari kalangan masyarakat miskin & tak punya biaya tunai untuk berobat, pada hal kondisi pasien sangat kritis. Alkisah, si pasien ini kesulitan dalam bernapas. Oksigen yang dikenakan pasien telah habis, pada saat keluarga pasien menyampaikan ke perawat dan dokter yang piket, dokter tersebut bilang oksigen habis & meminta agar keluarga pasien mencari sendiri di rumah sakit bersalin (RB)Fatima waktu itu, tapi sayang persediaan di RB. Fatima pun habis. Kerana bingung, keluarga hanya pasrah saja. Melihat kondisi keluarga yang pasrah dan pasien yang semakin kritis tersebut tiba-tiba sang dokter menyuruh perawat mengabil cadangan oksigen di gudang untuk pasien tersebut. Setelah dicek keluarga pasien ternyata tabung oksigen yang berisi masih bayak tersedia di gudang.
Kemudia setelah 2 minggu lebih pasien dirawat inap di RS Agoes Djam, dokter tersebut bilang bahwa operasi tumor tersebut tidak bisa dilaksanakan di Agoes Djam tapi harus ke Bandung. Mendegar ucapan dokter tersebut keluarga korban langsung berontak/komplin ke dokter, sebab sebelumnya dokter tersebut menyatakan bahwa tumor yang diderita pasien tersebut bisa dioperasi di Agoes Djam. Alhasil, mungkin dengan terpaksa dokter tersebut menyatakan akan melaksanakan operasi tumor rahim pasien keesok harinya di Agoes Djam. Dan yang tak kalah pentingnya lagi bahwa dokter lebih mengutamakan pelayanan di rumah sakit swasta karena honornya besar sementara di rumah sakit pemerintah pelayanannya tidak maksimal sebab honornya kecil. Waktu kerja dokter di RS. Agoes Djam pd saat itu rata2 2 jam saja per hari, sementara di rumah sakit swasta berjam-jam. Masya Allah.
Di atas hanya pengalan cerita masa lalu tentang pelayanan RS. Agoes Djam Ketapang. Mari kita lihat realita hari ini, apakah pelayanan kesehatan di RS. Agoes Djam semakin meningkat? Ternyata tidak, masih jauh dari sempurna, jauh pangang dari api. Kendati rumah sakit ini telah beberapa kali di ekspos media local, nasional dan internasional tentang buruknya pelayanan kesehatannya, tapi penyelenggara rumah sakit tidak merespons secara signifikan.
Baru2 ini dalam bulan Pebruari 2012 bang UT melihat kejadian yang miris di RS. Agoes Djam Ketapang saat bang UT menyambangi RS tesebut. Bang UT kaget mendengar suara keras dari salah satu anak pasien kerana infuse yang menempel dipegelangan tangan ibunya telah kering tanpa pengawasan dari perawat rumah sakit, sehingga hanya darah yang keluar dari lengan pasien tersebut. Megapa hal tersebut bisa terjadi? Karena perawat rumah sakit asyik nonton tv, ngerumpi, tidur-tiduran di ruang jaga dll. Pada hal mereka digaji pemerintah untuk melaksanakan tugas tersebut. Tapi saat anak, keluarga atau pasien komplin mereka sok berdalih ambigu ini itu, seolah-olah tak ada yang salah dengan apapun yang meraka lakukan. Namun perlakuan ini sangat berbeda dengan pasien yang berdompet tebal. Pasien yang berdompet tebal mendapat perawatan yang intensif, dihormati dan dilayani dengan baik, dan obat-obatan buat orang miskin sangat berbeda jauh dengan orang2 kaya. Obat-oabatan paten untuk orang miskin pun kadang tidak tersedia di apotik rumah sakit sehingga keluarga pasien harus mencari di apotik di luar rumah sakit dengan merengok saku lebih dalam kerana kemiskinan. Ini adalah cara2 bisnis ala dokter dengan mengandalkan resepnya untuk mencari obat-obatan di apotik di luar ruamh sakit. dan ini pula kondisi yang kadang membuat bang UT harus menetekan air mata. Betapa tidak. Kemiskinan benar2 membuat orang menjadi hina dan dihinakan. Apakah orang miskin tak boleh sakit? Jika bisa tentu semua tidak menginginkan sakit tersebut, tapi ini adalah garis yang telah ditetapkan Tuhan seperti yang telah bang UT jelaskan di atas.
Kemegahan RS. Agoes Djam tidak berbanding lurus dengan pelayanan kesehatan yang ada di dalamnya. RS sakit tersebut seakan sepi dari pelayanan jika pasiennya masyarakat miskin/rakyat jelata dan akan ramai apabila pasiennya orang2 berdompet tebal. Belum lagi birokrasi RS yang berbelit-belit, yang membuat keluarga pasien merasa mual karena harus kejar sana kejar sini. Puluhan orang menejer RS. Agoes Djam berganti, puluhan masalah juga yang mewarnai rumah sakit pemerintah yang ada di Kabupaten Ketapang tersebut. Apakah kerana oknum petugas rumah sakit merasa bahwa rumah sakit tersebut milik pemerintah sehingga mereka semaunya bekerja tanpa mengutamakan pelayanan primanya kepada pasien?
Sadarlah wahai saudaraku, bahwa tugas yang ada dipundakmu adalah amanah yang wajib anda laksanakan dengan baik, penuh tanggung jawab, ikhlas dan bermartabat. Hakikat pasein bagimu adalah ladang pahala yang kelak akan kau petik di akhirat. Pelayanan baik, bertanggung jawab, ikhlas dan bermartabat adalah karakter mulia yang harus tertanam dalam pribadi2 seorang pelayan umat, termasuk anda sebagai pelayan kesehatan bagi hajat hidup orang banyak. Sesungguhnya tak ada yang mengingkan sakit itu datang, tetapi itu adalah ketetapan yang harus diterima manusia sebagai ujian baginya. Anda tidak ada jika tidak orang2 yang sakit di dunia ini tidak ada, justru anda lahir kerena adanya orang2 yang sakit. Dan perlu anda sadari bahwa setiap pekerjaan memiliki konsekuensi/resiko, dan anggap saja resiko pekerjaan bagian yang tak terpisahkan dari profesi apapun yang kita jalani, resiko pekerjaan adalah proses pendewasaan diri yang harus kita lalu hingga kita menutup usia. Anda tidak akan bisa menghindari resiko apapun selama anda masih memiliki aktivitas dengan akal sehat dan nafsu. Orang yang lari dari resiko pekerjaan ialah ciri2 orang yang tidak bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Hanya orang mati saja yang tidak memilki resiko kehidupan di dunia ini, baik mati hatinya maupun mati sesungguhnya. Tanggung jawab itu sama dengan usia tua, kita tidak mungkin bisa menghindarinya.
By. Ujang Tingang (edisi: 23/03/2012)
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=125068327617794&set=o.101940266601132&type=1&ref=nf
Komentar
Posting Komentar